Melatih Motorik

Melatih Motorik

Parenting – Memperhatikan dengan seksama apakah kemampuan melatih motorik anak sesuai dengan usianya. Setiap tahapan usia diiringi dengan kemampuan motorik tertentu. Pada saat usia telah berjalan jauh sementara beberapa kemampuan fisik belum dapat ia lakukan, anda baru merasa perlu melatihnya.

  1. Seputar Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar tubuh seperti kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Sedangkan perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang banyak dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, seperti memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menulis atau lainnya. 

Kemampuan motorik anak secara umum bergantung pada kematangan otot dan sarafnya. Perkembangan motorik ini dipengaruhi oleh genetik, kondisi pralahir, gizi, dan kecerdasan potensialnya. Namun demikian, di luar itu ia juga dapat dirangsang dengan stimulasi. 

  1. Tentang Stimulasi Motorik 

Sebenarnya, perkembangan motorik tidak perlu dipaksakan pada anak. Perkembangan ini sangat tergantung pada kekuatan otot dan kematangan saraf. Jika otot belum kuat dan saraf belum matang menerima rangsangan, maka bayi bisa cedera kalau dipaksa berlatih. Misalnya, otot kaki belum siap belajar menendang, akan mudah cedera bila berlatih menendang dengan memaksanya. 

Lalu, bagaimana seharusnya?

Sikap orang tua terhadap motorik si kecil seharusnya adalah:

  • Amatilah si kecil, apakah ia tidak melakukan aktivitas tertentu itu akibat ketidakmampuan melakukannya atau karena malas (kurang bersemangat secara psikologi). Anda hanya perlu memberi semangat jika si kecil tidak melakukan hal tertentu karena kurang semangat. 
  • Amatilah asupan gizi selama ini. Boleh jadi anak kurang energi sehingga ia enggan atau malas melakukan gerakan tertentu yang anda tunggu-tunggu. Jika masalahnya adalah gizi, pastikan asupannya terpenuhi.
  • Apakah si kecil sakit?. Sebelum memberlakukan stimulasi dan latihan, cobalah sekali lagi amati apakah bayi anda benar-benar sehat, tidak mengidap penyakit tertentu. Anak yang terserang flek, terganggu pencernaannya, atau fungsi organ tertentu tidak normal akan kesulitan melakukan aktivitas sesuai usianya.
  • Membandingkan dengan anak lain tidaklah bijak. Kadang orang tua melatih anaknya hanya karena ingin si kecil sejajar atau lebih maju dari anak tetangga yang seusia dengannya. Setiap anak memiliki keunikan yang tidak dapat anda paksakan sesuai selera dan ambisi anda. 

Apakah ia mendapat kasih sayang? Sebagian anak tidak melakukan banyak aktivitas karena merasa kurang mendapat penghargaan. Ia mundur ke belakang dan merasa bahwa diam atau tiduran di kamar lebih nyaman daripada bertingkah yang tidak mendapat pujian atau hadiah apapun. 

  1. Memberikan stimulasi dengan fleksibel 

melatih motorikPenting bagi orang tua untuk memahami makna fleksibilitas. Anda bukan seorang komandan yang menghadapi sebarisan pasukan untuk berlatih tempur. Anda sedang menghadapi bayi, anak anda sendiri dari sebuah proses cinta yang harus anda cintai sepenuhnya.

Kegiatan sehari-hari dalam mengurus dan merawat asi kecil dapat menjadi sarana untuk memberikan beraneka jenis stimulasi.

  • Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan

Bayi dalam usia masih sangat terbatas kemampuannya. Berikan stimulasi dengan memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok atau berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan dan kiri, atau belajar memegang benda.

  • Umur 3 – 6 bulan 

Bayi di usia ini bisa bermain ‘cilukba’ untuk memunculkan ekspresinya. Berikan rangsangan dengan melihat wajahnya di cermin bersama anda, coba tengkurapkan perlahan dan posisikan duduk sambil memeganginya . 

  • Umur 6 – 9 bulan 

Ranfsang si kecil dengan memanggil namanya dan memperkenalkan anda sebagai ibunya. Rangsangan motoriknya dengan mengajak berjabat tangan, bernyanyi sambil tepuk tangan, membacakan dongeng atau cerita menarik, merangsang duduk secara mandiri, dan melatihnya berdiri berpegangan tangan anda atau benda tegak di dekatnya.

  • Umur 9 – 12 bulan 

Latih bibirnya untuk mengucapkan kata “mama”, “Papa” atau menyebutkan kata lain yang bersuku kata sederhana secara berulang-ulang. Ajak dia memasukkan mainan ke dalam wadah (misalnya memasukkan bola-bola kecil ke wadahnya, melempar bola basket mainan ke ring, dan melatihnya berdiri tegak tanpa pegangan. Jika kakinya tampak aktif anda bisa mencoba kan melangkah sambil anda pegangi untuk merangsang keinginannya berjalan. 

  • Umur 12 – 18 

Berikan ia pensil warna dan selembar kertas, lalu contohkan cara menggambar benda sederhana (misalnya bunga, kelinci, atau lainnya). Ajak permainan menyusun puzzle sederhana, mengelompokkan kubus, atau bermain peran dengan boneka tangan. Ini saatnya si kecil berlatih berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, menendang bola, dan melepas celana. 

  • Umur 18 – 24 

Pada usia ini, si kecil sudah saatnya mengenalkan nama-nama bagian tubuhnya. Tunjuklah hidungnya dan sebutkan ”hidung”, tunjuk mulut dan sebutkan ”mulut”, dan bagian organ tubuh lain. Kegiatan ini sebaiknya lakukan saat santai dan si kecil ceria. Kenalkan nama makananan kesukaannya, nama hewan dan benda-benda sekitar.

  • Umur 2 – 3 tahun 

Kenalkan jenis-jenis warna dengan cara menyebutkan warna pakaian yang dia pakai. Setiap kali membuka pakaian untuk ganti, ajaklah ia meletakkan di bak pakaian kotor sesuai warnanya. Kenalkan sifat benda : ”dingin” saat memberikan minuman dingin, ”Panas” sambil menunjuk pada api, ”tinggi” sambil menunjuk layang-layang, dan sebagainya. Biarkan ia memakai bajunya sendiri. Saat mandi, mintalah ia menyikat gigi sendiri, mengoles sabun dan sampo serta mengguyur badannya sendiri, serta buang air besar sendiri di toilet (toilet training).

  • umur 3 tahun dan setelahnya

Usia 3 tahun seharusnya anak-anak sudah mampu ke toilet sendiri (kecuali pembersihannya masih ada bantuan), mengenal perintah sederhana, belajar berbagi dengan teman, dan makan sendiri. 

Kenalkan dunia sekolah dengan mengajaknya belajar menulis lambang angka atau huruf. Kenalkan hitungan ”satu”, ”Dua”, ”Tiga” sampai sepuluh tanpa memintanya menghafal.

[Yazid Subakti]