Parenting Al-Kautsar – Ada banyak kisah seputar praktik pendidikan di dalam rahim. Ada kisah kegagalan, keraguan, kritikan-kritikan, persoalan-persoalan, dan keluhan-keluhan. Juga, ada banyak kisah keberhasilan, penelitian-penelitian baru, dan kabar yang mencerahkan mengenai pengalaman mendidik si kecil di alam rahim. Ini semua memunculkan banyak saran dan masukan. Intinya, praktik mendidik janin dalam kandungan memerlukan keterlibatan langsung orang tua dengan menghadirkan hati, saling respon, fleksibel, dan selalu terhubung dengan Allah.
-
Daftatr Isi
Terlibat
Anda sebagai ibunya adalah pelaku langsung dari perlakuan apapun yang Anda lakukan bersama janin. Pemilik inisiatif, cita-cita, rencana, dan daftar perlakuan itu adalah anda, bukan orang lain yang Anda harapkan tenaga dan waktunya.
Terlibat, maksudnya, Anda benar-benar berkomitmen untuk menjalin interaksi dengan janin. Ini berarti anda tidak berharap seandainya ada alat canggih yang dapat dibeli untuk meringankan tugas ini, atau orang berpengalaman yang bisa punya waktu dan tenaganya menggantikan anda. ANda sendiri yang berkomitmen melakukannya, secara langsung. Kehadiran peralatan dan orang lain hanyalah sebagai pendukung.
-
Menghadirkan hati
Pendidikan prenatal ini akan tanpa makna jika anda melakukannya semata hanya karena menjalani prosedur. Anda membuat serangkaian rencana dan jadwal, kemudian mempraktikkan satu persatu sekedar memenuhi tuntutan jadwal. Anda berbicara kepada janin, membaca Al-Qur’an, berdoa, sekedar memenuhi rutinitas yang menjadi anjuran.
Sebenarnya, yang lebih anda perlukan adalah kehadiran hati. Artinya, semua yang anda lakukan, baik amal untuk diri sendiri lebih-lebih saat melakukan stimulasi kepada janin benar-benar terikat rasa dengan janin. Ada niat mencurahkan cinta, ada greget atau getaran yang merambat sampai ke hati dengan meyakini bahwa janin menerima apa yang Anda rasakan.
-
Respon
Anda bekerjasama dengan janin seperti sebuah kolaborasi yang saling merespon. Sebagian dari stimulasi akan direspon oleh janin dalam bentuk gerakan yang dapat anda rasakan. Begitu juga tidak semua gerakan atau aksi yang janin lakukan selalu dapat anda rasakan.
Sebagai ibu yang mengandungnya, salah satu latihan anda adalah mengasah kepekaan mengenai gerakan janin. Ketika stimulasi, anda dan janin saling mempertimbangkan respon yang terjadi. Yang paling ia inginkan adalah sang ibu melakukan stimulasi, kemudian janin meresponnya dengan gerakan-gerakan. Dalam stimulasi tertentu, mungkin saja janin bergerak justru sebagai ekspresi ketidaknyamanan (karena durasi stimulasi terlalu lama, waktunya tidak tepat, volume terlalu besar, sentuhan terlalu keras atau lainnya). Jika ini terjadi, anda meresponnya dengan meredakan atau menghentikannya. Sebaliknya, mungkin saja pada saat tenang janin memulai gerakannya yang dalam perasaan anda itu adalah ajakan bermain. Jika ini yang terjadi, Adalah yang meresponnya dengan memberi stimulasi.
Jadi, tidak selalu harus Anda yang mengawali dan si kecil yang merespon, tetapi bisa jadi si kecil yang memulai dan Anda meresponnya.
-
Fleksibel
Pada waktu atau tempat tertentu, selalu ada kondisi yang tidak memungkinkan bagi Anda untuk melakukan aktivitas sebagaimana biasa. Saat anda di dalam pesawat untuk bepergian, saat anda sangat kelelahan atau bahkan jatuh sakit, atau saat anda sedang melakukan pekerjaan penting di hadapan banyak orang adalah waktu atau tempat yang tidak memungkinkan bagi anda melakukan stimulasi janin saat itu juga.
Dalam keadaan tidak biasa, stimulasi janin tidak perlu dipaksakan. Anda bisa mengurangi atau bahkan tidak melakukannya dulu untuk sementara waktu. Betapapun anda bersemangat menerapkan pendidikan prenatal, anda tetap harus fleksibel menyesuaikan situasi.
-
Selalu terhubung dengan Allah
Hilangnya kontrol kejiwaan ibu hamil disebabkan oleh melemahnya kondisi spiritual. Perasaan berat hati, ragu atau tidak yakin, merasa tertekan, merasa sendiri, tidak berdaya, bahkan merasa gagal, disebabkan sedang putusnya tali hubungan dengan Allah. Dampak dari terputusnya tali hubungan ini dengan Allah adalah merasa sendiri, yang berakibat pada melemahnya motivasi. Kemudian putus asa, ingin berhenti dari ikhtiar.
Pentingnya selalu menjaga hubungan dengan Allah adalah sebagai penyadar diri, bahwa yang dilakukan oleh manusia hanya sebatas berbuat. Hanya berbuat saja tidak cukup. Kita memerlukan Allah untuk menguatkan diri ini menjalani ikhtiar. Kita memerlukan-Nya agar Dia memudahkan semua jalan yang kita upayakan. Untuk membutuhkan-Nya agar Dia menjadikan apa yang kita usahakan ini menjadi kenyataan seperti yang kita inginkan.
[Yazid Subakti]