Parenting Al-Kautsar – Selama Anda sehat, jadilah ibu yang cerdas. Yaitu ibu yang berpengetahuan luas sehingga tidak tertipu oleh iklan produk susu bayi. Makanan terbaik untuk bayi hanya ASI. Dari kandungan gizinya, kesesuaian struktur cairannya, kepraktisannya, serta ketersediaannya, atau dari tinjauan apapun, hanya ASI yang paling baik untuk bayi Anda. Ini makanan istimewa yang Allah SWT ciptakan khusus untuk makhuk-Nya di awal kehidupan.
Penyusuan bayi dengan cara langsung menghisap puting ibunya adalah cara makan bayi paling baik. Kebutuhan dasar sebagai manusia pun dapat terpenuhi melalui proses menyusui ini. Asah, asih dan asuh merupakan kebutuhan dasar manusia yang dapat diperoleh melalui proses menyusui. Asah, yaitu stimulasi untuk perkembangan emosionalnya dalam berinteraksi dengan sesama. Asih atau kebutuhan akan kasih sayang dan asuh kebutuhan akan zat-zat gizi.
Namun pada kenyataannya tidak semua ibu dapat menyusui bayinya. Sebagian penghambatnya adalah rasa khawatir yang berlebihan, atau putus asa. Hampir semua rasa khawatir tidak dapat menyusui bersumber dari informasi yang salah dan mitos-mitos yang terlanjur berkembang.
Daftatr Isi
Allah memerintahkan demikian
Ar-Radha’ah
Al Qur’an menyebut penyusuan dengan istilah Ar Radha’ah.
Ada enam ayat dalam Alquran yang membicarakan tema ar-raḍāʻah. Keenam ayat ini terpisah pada lima surat dengan tema yang berbeda-beda, namun memiliki keterkaitan hukum yang saling melengkapi. Anda dapat menemukan ayat-ayat Al Quran yang berkenaan dengan Ar Raḍāʻah itu adalah Surat Al-Baqarah ayat 233, An-Nisā’ ayat 23, Al-Ḥajj ayat 2, Al-Qaṣhaṣh ayat 7 dan 12, serta Aṭ-Ṭalaq ayat 6.
Perintah Menyusui
Menyusui telah menjadi ketetapan Allah bagi para ibu terhadap anaknya. Bahkan dalam keadaan darurat pun, ASI sebisa mungkin tetap diberikan kepada bayi sebagai haknya.
Keadaan sangat darurat pernah dialami Ibunda Nabi Musa AS yang sedang dikejar tentara Fir’aun yang akan membunuh semua bayi laki-laki. Ketika itu Allah memerintahkan untuk tetap memberikan ASI dari ibunya.
Dan kami ilhamkan kepada Ibu Musa “susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul(Q.S. Al-Qashash: 7).
Ketika Musa benar-benar hendak dimasukkan ke dalam keranjang untuk dihanyutkan, para wanita menawarkan penyusuan kepadanya, tetapi Allah mencegahnya, sebab Musa hanya akan menyusu kepada ibunya sendiri.
Dan kami mencegah dia (Nabi Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu. Maka berkatalah dia kepada saudaranya, “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanyauntukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”(QS.Al-Qhashas:12).
Menyusui sebagai amal ibadah
Sebagai sebuah perintah, menjalani penyusuan adalah bagian dari bentuk ketaatan hamba kepada Allah.
”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman :14)
Ayat tersebut mengandung perintah bagi seorang ibu untuk menyusui anaknya selama dua tahun penuh. Dengan alasan penyusuan ini, anak diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya karena ibunya telah merawatnya siang dan malam.
Anak-anak yang telah mendapatkan haknya menyusu menanggung kewajiaban untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
Inilah nilai ibadahnya. Melakukan penyusuan adalah bagian dari mengamalkan kewajiban ibu, yaitu memenuhi hak anaknya untuk mendapatkan ASI.
Ibu yang menolak menyusui
Para Ibu tidak semestinya menolak penyusuan terhadap anaknya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bagi perempuan yang dengan sengaja menghalangi anaknya untuk menyusu, Rasulullah SAW menceritakan sebuah cuplikan peristiwa yang dilihatnya saat perjalanan Isra’ Mi’raj.
“Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya, ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)”. (HR. Ibnu Hibban)
Kandungan dalam hadits ini adalah wanita yang tidak mau menyusui, sedangkan ia tak memiliki halangan untuk melakukannya. Bagi perempuan yang tidak mampu menyusui sendiri anaknya, keharusan memenuhi ASI anaknya tetap berlaku dengan mencarikan ibu susuan bagi anak. Orang tua harus mencari perempuan lain yang sanggup menyusuinya dengan kewajiban orang tua membayarnya. Ini seperti yang oleh Ibunda Rasulullah SAW lakukan, yaitu Siti Aminah.
[Yazid Subakti]