Anjuran Memilih Bahasa yang Baik di Keluarga

Anjuran Memilih Bahasa yang Baik di Keluarga

Parenting – Kebiasaan menggunakan bahasa yang baik dan santun akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak. Keluarga yang terbiasa berkomunikasi dengan santun umumnya memiliki karakter yang baik.

Dalam keadaan jiwa yang tidak stabil, lidah manusia tersulut untuk  berkata kasar dan menyakiti hati orang lain. Padahal Allah melarang hamba-Nya menyakiti dengan mengucapkan kata-kata kasar yang dapat memicu permusuhan dan pertengkaran.

Al Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat ditimbangan kebaikan seorang mu’min pada hari kiamat seperti akhlak yang mulia, dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.” (HR At Tirmidzi).

Rasulullah SAW mengaitkan antara akhlak yang mulia dengan lisan yang kotor. Ini membuktikan  bahwa orang yang memiliki akhlak mulia selalu menjaga lisannya dari perkataan yang kotor. Begitu pentingnya menjaga lisan, sampai-sampai Rasulullah menganjurkan bagi orang yang tidak bisa berkata baik agar diam. 

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di keluarga, anjuran ini semua juga berlaku. Orang tua memberi contoh kepada anak untuk menjaga lisan agar tidak berkata kecuali yang baik-baik. 

  • Membiasakan komunikasi Qur’ani

Setidaknya terdapat 5 prinsip komunikasi Islam yang dalam Al-Qur’an. Semuanya berada pada ayat yang menyebar dengan konteks  penggunaan yang berbeda-beda. Dalam istilah Al-Qur’an, komunikasi adalah qaul atau qaulan. Di antara qaul yang ada adalah  Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qaulan Maisura, Qaulan Layyina, dan Qaulan Ma’rufa.

  • Qaulan Baligha 

Kata baligha berarti sampai, atau sampainya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Kata tersebut mengandung tiga makna sekaligus, yaitu bahasanya tepat, sesuai dengan yang dikehendaki, dan isi perkataannya mengandung kebenaran. 

Seorang yang berbicara secara sengaja ingin menyampaikan sesuatu dengan cara yang benar dan tepat (jelas) agar dapat membekas atau diterima oleh mereka yang diajak bicara.

Jadi, qaulan baligha artinya perkataan yang berbekas, tepat sasaran, atau perkataan yang tersampaikan dengan akurat. Prinsip ini ada pada surat An-Nisa’ ayat  63. 

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. An-Nisa’: 63) 

Perkataan qaulan baligha yang efektif dapat disampaikan dengan,  

    • Pembuktian dari pesan kebenaran yang disampaikan
    • Data-data atau persaksian yang mendukung kelengkapan informasi
    • Pengakuan atau testimoni yang membuat orang menjadi yakin kebenarannya
    • Ilustrasi atau perumpamaan sebagai pengantar logika agar lawan bicara membenarkan
  • Qaulan Maisura 

Kata Maisura merupakan bentuk masdar dari yassara, yang artinya mudah. Qaulan maisura berarti perkataan yang mudah atau perkataan yang memudahkan. Pada prinsipnya, qaulan maisura adalah segala bentuk perkataan yang mudah diterima, mudah dipahami, baik dan melegakan, atau juga pernyataan untuk menjawab dengan cara yang paling mudah dipahami.

Prinsip ini ada dalam QS. Al-Isra’ ayat 28; 

Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah. (QS. Al-Isra’: 28) 

Jadi, qaulan maisura berupa pembicaraan yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan dimaklumi disertai dengan sikap atau ekspresi yang  membuat lawan bicara mudah mencerna isi pesannya. 

Anda dapat mempraktikkan qaulan maisura dalam banyak pembicaraan ringan dengan anak-anak, atau percakapan sehari-hari ketika mengasuhnya. Agar mudah dipahami, qaulan maisura disampaikan dengan, 

    • Kalimat pendek dengan pemilihan kata sederhana (kata-kata yang paling lazim diucapkan) 
    • Menggunakan istilah atau bahasa yang kira-kira paling disukai oleh lawan bicara dan menghindari istilah yang menyulitkannya. 
    • Mengulang-ulang perkataan agar mudah diingat
    • Mengatakannya sambil menampilkan ekspresi atau gesture tubuh untuk membantu pemahaman
    • Menyesuaikan kadar akal lawan bicara
  • Qaulan Karima 

Kata Karima berarti mulia. Bila kata ini dirangkai dengan qaul, maka qaulan karima berarti perkataan yang menjadikan atau menempatkan pihak lain tetap dalam kemuliaan dan penuh penghormatan, atau perkataan yang bermanfaat bagi orang lain dengan cara meninggikan derajat atau menghargai  orang yang diajak berbicara. 

Prinsip ini adalah dalam QS. Al-Isra’ ayat 23; 

Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’: 23)  

Qaulan Karima adalah cara komunikasi yang paling baik, tingkatan tertinggi yang harus seorang anak lakukan kepada orang tuanya. Qaulan karima bisa kepada anak-anak atau anggota keluarga lain dengan cara, 

    • Menggunakan bahasa yang memiliki tingkat kehalusan atau kemuliaan. Misalnya kita memberi contoh berbahasa krama dalam budaya komunikasi orang Jawa agar anak mencontohnya. 
    • Memperlihatkan adab atau etika menghargai lawan bicara, yaitu tidak memotong pembicaraan sampai ia selesai mengemukakan pendapatnya.
    • Menyimak dan memberi respon empati atas apa yang lawan bicara sampaikan agar ia merasa mendapat perhatian. 
    • Fokus pada tema pembicaraan dan tidak mengalihkannya agar lawan bicara merasa dihargai.   
  • Qaulan Ma’rufa 

Kata Ma’rufa berasal dari kata ‘arafa, yang artinya secara baik, ramah atau perkataan yang penuh kesantunan sesuai standar kesopanan yang berlaku.  

Dalam AlQuran, prinsip ini terdapat dalam beberapa ayat.

    • Al-Baqarah ayat 83; 

Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 83) 

    • An-Nisa’ ayat 8; 

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS. An-Nisa’: 8) 

Ada tanda-tanda yang khas dari qaulan ma’rufa, yaitu, 

    • Beberapa pemilihan kata mungkin hanya berlaku atau dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat pembicaraan. Misalnya panggilan kesayangan, sapaan akrab dan lainnya. 
    • Diwarnai dengan penggunaan bahasa hati yang mencerminkan kedekatan hubungan. 
    • Sampaikan dengan luwes dan akrab, mungkin berkontak badan dan 
    • Bernuansa norma atau adat setempat dengan menghindari sikap formal atau terlalu kaku.
  • Qaulan Layyina 

Kata Layyina berarti lunak, lemas, lemah lembut, atau memiliki kehalusan sifat. Layyina juga semakna dengan sahlan latifa, yaitu mudah, atau lemah lembut.

Jadi, qaulan layyina adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan kepada kebaikan dan kebenaran (jalan Allah Swt), dengan bahasa yang lemah lembut dan halus agar orang yang diajak bicara tidak merasa direndahkan atau dijatuhkan. 

Dalam Al-Quran, prinsip ini ada dalam QS. Taha ayat 43-44; 

Artinya; Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (QS. Taha 43-44) 

Yang menjadi ciri khas dari jenis perkataan ini adalah, 

    • Pemilihan bahasa yang paling aman, tidak membuat lawan bicara tersinggung 
    • Pesan disampaikan tidak selalu lugas, melainkan bisa dengan sindiran dan penuh kehati-hatian 
    • Menggunakan pendahuluan untuk mengkondisikan kesiapan lawan bicara
    • Sampaikan dengan penuh perasaan sebagai bentuk empati terhadap lawan bicara.  
  • Qaulan Sadida 

Sadida artinya tepat, benar, atau sesuatu yang tepat dan mengandung kebenaran. Qaulan sadida suatu pendapat atau perkataan yang tepat dan benar sehingga tidak dapat terbantahkan lagi. Menurut As-Suyuti, qaulan sadida itu setiap perkataan yang menciptakan kemaslahatan kepada sesama manusia dan ketaatan kepada Allah Swt.

Jadi, ia adalah perkataan mengandung kebenaran yang kalau terucap menimbulkan kemauan orang untuk taat kepada Allah.  

Prinsip ini ada dalam QS. An-Nisa’ ayat 9; 

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa’: 9) 

Dengan demikian qaulan sadida memiliki ciri khas, 

    • Berhubungan dengan pesan yang berisi perintah agama, ketentuan syariat, atau aturan-aturan
    • Lugas, tidak melalui sindiran atau kalimat panjang yang bertele-tele
    • Langsung, tanpa harus menunda atau mempertimbangkan waktu paling cocok. 
    • Logis dan sulit dibantah kebenarannya karena yang disampaikan memang sudah diketahui atau pernah disepakati bersama.
  • Menjauhkan diri dari Qaul az-Zur 

Az-Zur artinya menyimpang, menyeleweng, palsu, atau mengandung kedustaan. Qaul az-Zur berarti perkataan yang mengandung kedustaan atau kebohongan, tidak jujur, dan menyimpang dari yang seharusnya. 

Qaul az-Zur juga dapat bermakna sumpah palsu.Sedangkan sumpah palsu itu sebanding dengan perbuatan syirik, karena syirik adalah seburuk-buruk kedustaan dan kebohongan.

Komunikasi yang harus kita jauhi ini disampaikan oleh Allah sebagai peringatan, dalam QS. Al-Hajj ayat 30. 

Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (QS. Al-Hajj: 30) 

Ayat ini berkaitan dengan urusan menyapih anak, tapi sesungguhnya apa yang terdapat dalam urusan ini dapat menjadi petunjuk untuk keseluruhan urusan dalam keluarga. Allah mengingatkan agar manusia menghindari perkataan dusta, atau perkataan yang sia-sia dalam berkomunikasi. 

Jadi, qaul az zuur dapat berupa semua yang buruk-buruk dalam perkataan. 

  • Mengandung kedustaan atau kebohongan, penipuan, dan semua yang mencerminkan ketidakjujuran
  • Isi informasi yang dapat merugikan atau mencelakai orang lain, atau menimbulkan kekecewaan dan sakit hati.
  • Perkataan sia-sia yang pengucapannya tidak membawa manfaat dan  tidak mengandung kebaikan, mengundang syahwat dan tindak kekerasan, meskipun membuat terlena
  • Mencerminkan suasana lalai dari mengingat Allah, tiadanya keimanan, dan keberanian untuk menentang aturan Allah  

Dalam praktiknya, qaul Az zuur tidak selugas yang kita bayangkan. Ia dikemas oleh orang-orang pandai, digencarkan melalui media-media dan pergaulan, dan disukai oleh kalangan anak-anak hingga dewasa. Ia berupa nyanyian-nyanyian yang mengundang syahwat dan mengajak kepada kemaksiatan, ujaran-ujaran kasar yang akrab terus populer, serta perkataan tanpa adab yang modern dan kekinian. 

Qaul Az Zuur, bahkan telah melanda para orang tua. Melalui seminar-seminar, para orang tua terbawa arus pengasuhan sekuler yang meyakinkan tawaran baru prinsip komunikasi keluarga yang pelan-pelan menjauhkannya dari pesan Al-Qur’an. Sangat memukau dan menarik. Setelah itu, teladan komunikasi Nabi Ibrahim, Luqman Al hakim, keluarga Imran, Zakariya, Ya’qub, pelan tapi pasti anti kemajuan dan terbelakang.

Kita harus mengembalikan anak-anak ke pangkuan keluarga, melindunginya dari qaul Az Zuur. Kembali hidup dalam naungan Al-Qur’an.

 

[Yazid Subakti]