Seperti ini Tahap Tumbuh Kembangnya

Seperti ini Tahap Tumbuh Kembangnya

Tahap Tumbuh – Kita telah mulai perlahan meninggalkan masa-masa si kecil ditimang dan dimanja. Ia telah beranjak besar dengan perubahan ukuran tubuh yang semakin melejit dan perilaku yang makin dapat diandalkan. Beberapa sifatnya semakin menunjukkan karakter khas dia yang sesungguhnya dan pikiran cerdasnya semakin memberi petunjuk ia sebenarnya memiliki kemampuan dalam hal apa saja. 

  1. Pertumbuhan tubuhnya 

Pertumbuhan buah hati kini bertambah dengan penambahan berat rata-rata sekitar 3-3,5 kg dan tingginya bertambah 6 cm atau 2,5 inchi per tahunnya.  Di otaknya, pertumbuhan  otak tidak secepat tahun-tahun sebelumnya karena  proses  mielinisasi (terbentuknya selaput myelin pada sel otak)  sudah sempurna pada usia 7 tahun lalu. 

Kini, anak laki-laki pada usia 7 tahunan ini  cenderung  memiliki  berat  badan  sekitar  21  kg,  kurang  lebih  1  kg lebih  berat  daripada  anak  perempuan.  Tentu saja tetap ada perbedaan kenaikan  berat  badan  karena  faktor  genetik  dan lingkungan, yaitu seberapa besar atau kecil orang tuanya dan bagaimana lingkungan (terutama kecukupan gizi) membentuknya.

Setelah  usia  12 tahun nanti, tinggi badan kurang lebih 150 cm. ini juga karena genetik orang tua dan gizi yang ia dapatkan. 

Kekuatan  otot dan  koordinasi  tubuhnya meningkat  secara terus-menerus sehingga ia tampak lebih kuat dan bertenaga.  Ia semakin lihai menampilkan  pola  gerakan-gerakan  yang  rumit  seperti bermain bola, loncat tali, atau berkelit saat kejar-kejaran.  Kemampuan  ini  adalah  hasil  dari  pertumbuhan  maupun  latihan dan merupakan bagian dari bakat bawaan  sejak  lahir.  Organ-organ  seksual  belum  matang di awal usia ini, tetapi jangan dikira, minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual mungkin saja sudah aktif. Lama-lama, minat pada lawan jenis ini semakin meningkat sampai pada  masa puber. Anda sudah harus menyiapkan ini semua untuk menghadapinya agar kelak tidak merasa semuanya seperti terjadi dengan tiba-tiba.

  1. Gigi adik ompong?

Benar, gigi lama atau gigi susu mulai tergantikan pada masa-masa ini. Tanggalnya  gigi  susu  merupakan  tanda pendewasaan organ mulut  yang dramatis, untuk digantikan oleh gigi tetap sampai sekitar 4  tahun ke depan. Jadi, mulai saat ini sampai 4 tahun ke depan ia akan mengalami selalu ada hari-hari gusinya bersela  tanpa gigi, satu atau dua biji. 

Jangan khawatir. Keadaan sedikit ompong ini tidak akan banyak mempengaruhi asupan makannya. Ia masih akan tetap dapat menggigit atau mengunyah makanan dengan lahap asalkan makanan yang ia inginkan terpenuhi. Rasa percaya diri akan penampilan di masa-masa belum terlalu penting baginya sehingga kondisi ompong tidak terlalu ia pikirkan. 

Yang paling ditekankan adalah, Anda harus terus memberikan bimbingan mengenai perlunya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Anda perlu lebih sabar lagi mengingatkan, bila perlu menuntut, agar ia lebih rajin menggosok gigi  dan memberinya asupan makanan yang banyak mengandung kalsium. Menggosok gigi adalah salah satu bentuk ikhtiar menjaga gigi yang sudah tumbuh, sedangkan makanan berkalsium adalah usaha untuk membuat giginya kuat dan tumbuh sempurna.

Lebih dari itu semua, merawat gigi adalah bagian dari pendidikan untuk menyadarkan padanya bahwa ia sudah harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ia harus diingatkan bahwa kelalaian dari tanggung jawab ini akan berdampak pada kerugian dirinya sendirinya juga, yaitu gigi menjadi kerpos, berkarang, berlobang, atau mungkin saja tumbuh tidak sempurna.

  1. Perkembangan Kognitif 

Tahap TumbuhPada usia ini, kemampuan untuk berpikir  logis  sudah dimulai, tetapi tentang  apa yang dihadapi dan saat ini,  bukan  tentang  sesuatu yang bersifat  abstrak.

  • Masa umur 7-11 tahun, ia berpikir operasional konkret 

Kemampuan berpikir meningkat  atau  bertambah  logis.  Anak mampu  mengklasifikasi  benda  dan  perintah  dan  menyelesaikan  masalah  secara nyata dan  sistematis berdasarkan  apa  yang  mereka  terima  dari  lingkungannya. 

Ia sudah  rasional,  imajinatif,  dan  mampu  menggali  objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Ia juga mampu berpikir konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan yang  dilakukan  berulang-ulang. Namun demikian, pemahamannya  belum  mendalam. Untuk menjadi anak yang mudah memahami, Anda masih harus bersabar menunggunya nanti di masa awal remaja. 

Ia mengalami perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris di masa lalu kini menjadi hubungan kooperatif. Maksudnya, ia semakin bisa diandalkan untuk bekerjasama dengan teman-temannya, termasuk Anda sebagai orang tuanya. Pada  usia  ini  ia juga belajar  mengenai  hubungan  sebab  akibat. Ia, seharusnya sudah semakin mengerti bahwa perbuatannya yang tidak menyenangkan akan berakibat pada balasan tidak menyenangkan pula dari orang lain. 

  • Masa umur 11-15 tahun, ia berpikir operasional formal 

Tanda yang paling penting pada masa ini adalah kemampuan  menyesuaikan diri dengan  lingkungannya. 

Nanti, di masa ini ia  dapat  berpikir  dengan  pola  yang  abstrak  menggunakan  tanda  atau simbol. Ia mulai merambah kemampuan berpikir abstrak dan  filosofis. Maka, jangan heran di awal masa puber ia akan berburu kalimat bijak (quote) atau menciptakannya sendiri. Ia semakin tertarik berpikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan memecahkan masalahnya sendiri dengan caranya sendiri. 

Kemampuan  membaca  tidak lagi sekedar mengeja huruf dan bunyinya, tetapi ia sudah tertarik aka nisi bacaannya. Mereka sebenarnya sudah mampu membuat  rencana  ke depan karena sudah memiliki kemampuan motivasi  oleh  dorongan  di  dalam  diri sendiri,  bukan karena  persaingan atau dorongan orang lain. 

Bersabarlah jika ia mulai suka mengajak berdiskusi, atau bahkan berdebat. Itu pertanda baik bahwa ia terbuka untuk mempercayai anda. Anda akan pusing dan kebingungan jika ia menjadi sangat pendiam dan terlalu patuh menunggu perintah anda. jangan-jangan, ia tertekan dan menutup diri dari Anda. 

  1. Perkembangan Moral 

Perkembangan moral berarti bertambahnya kemampuan anak untuk membedakan baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya dan keyakinan yang dianut. Dalam istilah fiqih, anak yang mulai berkemampuan membedakan itu semua dikatakan telah memasuki fase mumayyiz atau masa tamyiz.  

Ada tiga tahapan dalam perkembangan moral ini. 

Pertama, ia masih mengandalkan sisa-sisa egosentrisnya, yaitu menganggap kebaikan adalah seperti apa yang  diinginkan atau merasa nyaman dengannya. Sebaliknya, keburukan adalah apa yang ia tidak inginkan atau setiap sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. 

Kedua,  ia mulai berpikir hukuman  dan ketaatan. Ia menganggap bahwa baik  dan  buruk  sebagai  suatu  konsekuensi  dan  tindakan. Jika ia berbuat baik maka imbalan baik akan ia dapatkan dan jika ia berbuat buruk maka hukuman yang ia rasakan. 

Cara berpikir ini membuatnya kadang harus memilih perbuatan baik hanya karena untuk menghindari hukuman. Pada masa-masa sekolah di tingkat Sekolah Dasar, kebanyakan anak pada usia ini berpikiran bahwa apa yang mereka lakukan di sekolah adalah karena mematuhi peraturan atau tata tertib sekolah demi menghindari hukuman atau mendapat penghargaan jika patuh. Maka, anak-anak yang merasa tidak mau dihukum atau tidak takut hukuman akan terbiasa melanggar dan menjadi sumber keonaran bagi teman-teman sekelasnya. Ia memang tidak berat atas hukuman, dan tidak terlalu memerlukan penghargaan. 

Tahap  selanjutnya,  anak  sudah mampu berfokus  pada  motif  yang  menyenangkan  atau menguntungkan sebagai suatu  kebaikan untuk dirinya sendiri. Anak  menjalankan  aturan  sebagai  sesuatu  yang  memuaskan dirinya  sendiri. Ia mencoba membuat standar kebaikan dan kebenaran menurut dirinya sendiri. Ia mulai memikirkan kebaikan les bakat atas pertimbangannya sendiri. Ia mulai memiluh teman atas pertimbangan untuk kebaikannya sendiri, dan mulai menilai kebijakan atau norma keluarga atas cara berpikirnya sendiri. 

Masa inilah masa paling tepat mengenalkan aturan. Saatnya orang tua meyakinkan manfaat ketaatan terhadap aturan dan menyampaikan konsekuensi hukuman jika melanggarnya. Ia sudah masuk waktu untuk disadarkan bahwa kehidupan bukan tentang apa yang menyenangkan untuk dirinya sendiri, tetapi ada aturan yang menyangkut kepentingan bersama. Sudah mampu berpikir abstrak, maka seharusnya sudah dapat meraba mengapa Allah memberlakukan aturan-aturan berupa perintah dan larangan. Ia sudah sampai pada tahap mengenal hukum-hukum  fikih dan adab.  

Pada masa ini, orang tua dapat memberlakukan ketegasan-ketegasan sikap atas hal-hal yang penting. Anda harus tegas melarang apa yang tidak boleh dilakukan, dan memerintahnya apa yang memang harus dilakukan.  

  1. Perkembangan Spiritual 

Tahap TumbuhPerkembangan spiritual pada masa ini masuk pada tahapan mitos–faktual. Artinya, anak-anak mencoba untuk membedakan antara khayalan  dan  kenyataan. Kenyataan  spiritual  adalah  keyakinan  yang diterima penganut keyakinan. Kita mengatakannya akidah. Sedangkan khayalan  adalah hasil gambaran  yang  terbentuk  dalam  pikiran  anak sendiri.

Anak mencoba meraba memahami fenomena atau peristiwa di sekelilingnya. Jika peristiwa atau fenomena tertentu tidak ia pahami, misalnya bagaimana langit dan bumi diciptakan, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya. Selama masa ini, ia akan terus menerus  mengajukan  banyak  pertanyaan  mengenai hal-hal yang baginya menyimpan misteri. Ia mencari jawaban tentang keberadaan dan wujud Allah serta kebaikan-kebaikan-Nya, Malaikat serta jin dan apa yang terjadi padanya. 

Ada masa-masa yang agak kritis pada tahap ini. Ketika ia berdoa, ia juga masih meraba tentang pentingnya doa dan memikirkan bagaimana doa itu terkabulkan. Jika keyakinannya tidak sampai, ia akan menyimpulkan sendiri tentang penting atau tidaknya berdoa dan masuk akal atau tidaknya pengabulan doa. Pada titik yang parah, ia bisa kecewa jika doanya tidak dikabulkan dan merasa bahwa dirinya tertolak sehingga tidak perlu lagi berdoa. 

Menurut Kozier, Erb,  Berman, & Snyder, (2011), beberapa  anak akhirnya menolak  agama  pada  usia  ini,  sedangkan  sebagian  yang  lain  terus  menerimanya. Itu tergantung pada kedekatan dan interaksi dengan orang yang paling ia percayai, yaitu orang tuanya. Jika orang tua terus mendampingi dan menguatkannya, maka ia bisa semakin yakin pada keyakinan agamanya. Jika ia jauh dari orang tua atau merasa terabaikan, maka ia akan menjadi semakin lemah keyakinan terhadap agamanya. 

Mungkin karena kondisi ini, kita sering melihat anak-anak yang pada masa kecil rajin ke masjid untuk salat jamaah dan mengikuti pengajian TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), tiba-tiba menghilang dari masjid pada usia mendekati atau di awal puber.  

  1. Perkembangan Psikoseksual 

Menurut Sugmund Freud, anak pada masa ini sampai masuk usia 12 tahun memasuki masa laten. 

Mereka  menggunakan energi fisik dan psikologis untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya. Anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki lebih suka berkumpul dengan laki-laki. Pertanyaan anak  tentang  seks  semakin  banyak  dan  bervariasi,  terutama berkaitan dengan tema organ reproduksi dan proses yang terjadi di dalamnya. 

Nah, saatnya Anda bersiap menghadapi tantangan mendebarkan. Ia akan bertanya bagaimana bayi lahir, apa yang terjadi saat masih di dalam rahim, mengapa bayi bisa ada di rahim, bagaimana awalnya calon bayi tumbuh di rahim, atau apa yang telah ibu lakukan sehingga mengalami kehamilan.  Karena ia mengetahui bahwa setiap anak bukan hanya keturunan ibu tetapi juga ayahnya, mungkin ia bertanya apa yang telah ayah lakukan terhadap ibu sehingga ibu menjadi hamil.

Siapkan jawaban itu mulai sekarang!

Maksudnya, siapkan sikap bijaksana  dalam  merespon  pertanyaan-pertanyaan anak,  yaitu menjawabnya  dengan  jujur  dan  hangat, tidak terlalu vulgar tetapi juga tanpa membohongi.  Jawaban  orang tua sesuai  dengan kedewasaan dan cara berpikir anak, mudah dipahami tanpa menjadikannya membayangkan penjelasan dengan pikiran liar. 

Berhati-hatilah jika jika ia mulai bertanya detail dan mengucapkan beberapa istilah seputar aktivitas seksual. Jangan-jangan ia telah mendapat referensi lain  atau telah lebih jauh masuk pada pengetahuan seks secara liar yang tidak terkontrol. Dari buku, rekaman video, media sosial, atau teman-temannya. 

Juga, waspadalah bila  anak  tidak  pernah  bertanya  mengenai  seks. Jangan-jangan ia memiliki pengalaman buruk pelecehan seksual atau sedang dalam ketakutan Anda membongkar pengalaman seksual terlalu jauh yang  pernah ia lakukan.

Di akhir masa ini, anak masuk tahapan genital saat pubernya sudah datang. Pematangan organ reproduksi mulai terjadi dan tubuh sudah memproduksi hormon seks.

  1. Perkembangan Psikososial 

Saatnya anak  belajar  bekerjasama  dengan  anak lainnya melalui berbagai kegiatan, atau bersaing dalam hal-hal yang mereka perebutkan. Di sekolah, ia akan menuntaskan pengalaman kerjasama dan persaingan akademiknya, juga pergaulan yang di dalamnya terdapat  permainan  bersama.  

Perubahan  fisik,  emosi,  dan  sosial  pada  anak  yang  terjadi mempengaruhi  gambaran  anak  terhadap  tubuhnya  (body  image). Jalinan sosial atau pertemanan yang lebih luas membuatnya menerima umpan balik berupa kritik dan masukan dari teman atau lingkungannya. Ia mungkin mendapat bullying atau menjadi pelaku bullying, sebagai cermin penerimaan  dari  kelompok pertemanan. Ini semua  akan  membantunya dalam pembentukan  konsep  diri  yang  positif.  

Perasaan  rendah  diri  akan muncul bila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya sedangkan ia tidak  berhasil  memenuhinya.  Harga  diri  yang  kurang  pada  fase  ini  akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa.   Makanya, dukungan atau motivasi dari  orang tua  menjadi  begitu  penting untuk menguatkannya. 

Selanjutnya, ia menghadapi situasi bahwa ia harus berusaha  untuk  menyesuaikan  perannya  sebagai  anak yang  sedang  berada  pada  fase  transisi  dari  kanak-kanak  menuju  dewasa.  Ia sadar bukan lagi anak-anak, tetapi juga belum dewasa. Ia mencoba bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan kelompoknya,  bergaul  dengan  mengambil  nilai  kelompok  dan  lingkungannya. Di sinilah ia akan berproses menemukan identitasnya. Jadi, pantau dan arahkanlah ia untuk berada dalam lingkungan pertemanan yang baik.

 

[Yazid Subakti]