Jangan Disilaukan Oleh Materi

Jangan Disilaukan Oleh Materi

Pra Nikah – Celakalah orang yang menumpuk harta dan tersilaukan oleh materi. Tidak ada gunanya menumpuk harta. Harta tidak memudahkan jodoh menemukan Anda, dan tidak menjadikan Anda lebih menemukan jodoh. Kalaulah seseorang mendekati Anda karena menginginkan harta yang anda miliki, maka itu bukanlah awal dari kebahagiaan seperti yang anda kira. Itu adalah benih petaka yang membuat anda kecewa berkepanjangan.

Harta tidak juga menjanjikan keabadian cinta anda kepadanya. Sesaat dan sebatas tertentu ia adalah nikmat Allah, tetapi selebihnya adalah ujian yang menyilaukan mata hati.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.

sampai kamu masuk ke dalam kubur

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),” (QS. At Takatsur : 1-3)

Harta yang tidak berkah mengantarkan kepada kebakhiran, atau sifat kikir yang menghancurkan kebaikan manusia hingga di akhirat nanti.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS. Al ‘Adiyat : 8).

Harta yang memuatnya bakhil itu akan menjadi beban di akhirat. Ia ditimpa keburukan yang bertambah-tambah.

Demikianlah yang Allah katakana dalam firman-Nya  yang artinya,

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran : 180).

Oleh karenanya, janganlah seorang mukmin buta mata dan hatinya oleh harta. Karena harta adalah pangkal kegelisahan dan menjerumuskan kapada siksa Allah.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. (QS. At taubah : 85).

materi

Janganlah menolak jodoh hanya karena hartanya yang sedikit. Janganlah merindukan jodoh karena hartanya yang melimpah dan jangan berkecil hati untuk menunda pernikahan hanya karena harta yang tak mencukupi.

Tidak ada hubungan antara harta dan jodoh. Ada banyak orang mendapat harta oleh Allah, sementara jodohnya jauh darinya dan iapun menjadi kesepian. Sebagian orang teruji dengan gelimang harta oleh-Nya, lalu tergesa untuk berjodoh. Tetapi kebahagiaan tak kunjung datang.

Fatimah Az Zahra adalah puteri Rasulullah yang diimpikan kehadirannya oleh setiap lelaki soleh. Tetapi ia menjatuhkan pilihan kepada Ali Bin Thalib yang miskin, sementara para bangsawan dan saudagar kaya yang menginginkannya harus pulang dengan tangan hampa. 

  • Hubungan antara harta dengan kebahagiaan

Janganlah memimpikan kebahagiaan dengan kelimpahan harta. Janganlah membayangkan pernikahan akan bahagia dengan jodoh yang kaya dan jangan menghayalkan keinginan hidup gemerlap jika telah menemukan pasangan.

Tidak ada hubungan antara gemerlap harta dengan kebahagiaan. Sesungguhnya harta tidak akan menjaga Anda, tetapi andalah yang harus menjaganya. Harta tidak akan memberi anda ketenangan, tetapi andalah yang akan selalu was-was akan keutuhannya.

Kelimpahan harta yang tidak berkah menjadi penghalang bagi manusia untuk berjuang di jalan Allah.

Allah berfirman yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. (QS. at taubah 38)

  • Mereka yang menikahi harta

Sebagian pemuda telah memilih pasangan berdasarkan pertimbangan harta semata. Mereka melangsungkan pernikahan dengan kemeriahan harta, kemudian membina rumah tangga dengan berbekal harta.  Mereka mengatakan, “itu adalah yang paling masuk akal”, yang lain menyatakan “Itulah jaminan masa depan”, dan sebagian lagi mengatakan, “itulah kemapanan dan kecukupan”.

Tetapi Ibnul Qayyim Al Juziyah mengatakan,

“Perumpamaan orang yang mencintai dunia seperti orang yang menanam benih tapi tak kunjung ada hasil. Orang yang hatinya mencintai dunia, jasad fisiknya Anda lihat melakukan ibadah sepanjang usianya untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi hatinya menjauhkan diri dari-Nya. Sesungguhnya Andalah pemimpin yang mengatur dunia ini dengan zuhudmu yang mampu menundukkannya. Dan kamu akan jadi budaknya jika kamu memuja dunia. Sungguh, orang yang merindu kepada sesuatu yang dikehendaki hawa nafsu, berarti ia menjadi hamba baginya.”

Sedangkan Allah memberi peringatan keras kepada pemuja harta dalam firman-Nya yang artinya,

Hai orang-orang yg beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yag membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al Munafiqun: 9)

Orang-orang yang mabuk harta hanya akan mencari pasangan yang sama-sama mabuk harta. Ia takut jatuh miskin jika harus menikah dengan pasangan miskin. Inilah yang dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri dalam nasehatnya,

“Sungguh aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia dari (cara) penghormatannya kepada ahli dunia.”

  • Sesungguhnya kaya itu adalah kaya hati

Apa yang dimaksud dengan kaya? Apa kriteria orang paling kaya? Berapa kekayaan terbesar yang pernah dimiliki oleh manusia?

Sementara orang-orang menganggap kaya adalah banyaknya harta, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.

Dari Abu Hurairah, Rasulullkah SAW bersabda, “Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang-orang yang menumpuk harta selalu menginginkan hartanya lebih anyak dari yang sudah ada. Mereka melihat temannya yang lebih banyak harta, kemudian saling berlomba dan melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya. Sampai suatu saat ia harus menyadari bahwa kepergiannya ke alam kubur tak mungkin diantar oleh hartanya.

Sedangkan orang-orang yang merasa cukup dengan pemberian Allah akan tenteram hatinya. Ia bersyukur atas apa yang diterimanya, memandang karunia Allah adalah yang paling baik baginya.

[Yazid Subakti]