Menjaga Kesehatan Mental Anak

Menjaga Kesehatan Mental Anak

Parenting – Mengiringi perubahan fisik, perkembangan mental yang pesat juga terjadi di usia ini. Berbeda dengan kesehatan fisik, kesehatan mental anak sedikit lebih sulit dipahami oleh orang tua dan sangat mungkin terlewatkan.

Kesehatan mental anak bukan sekedar menjamin anak bebas dari penyakit mental, tetapi  juga kemampuan untuk berpikir secara jernih, mengendalikan emosi, dan kemampuan bersosialisasi. Anak yang kesehatan mentalnya baik dapat beradaptasi dengan keadaan, tahan menghadapi stress, dan lebih berpeluang mampu bangkit dari keterpurukan.

  1. Membangun kepercayaan

Percaya kepada anak berarti memberinya kesempatan untuk turut mengatur kehidupannya sendiri. Orang tua memandangnya sebagai pribadi yang sudah mampu berpikir dan mencoba menentukan arah hidupnya.  Ia perlu mendapat bantuan dalam menentukan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya atau mencoba hal-hal baru, bukan dihalangi atau dikecam. Oleh karena itu anda menghindari ucapan, sikap, dan perilaku yang membuatnya berhenti mencoba saat mereka gagal.

  1. Membiarkannya mengembangkan minat

Waktu bermain bukanlah semata untuk bersenang-senang, tetapi juga merupakan pembelajaran berbagai minat. Orang tua sebaiknya membantu atau terlibat permainan anak, karena dari proses ini lah apa yang terjadi pada saat anak bermain akan diketahui. Saat bermain, anak mengembangkan kreativitas, mempelajari cara memecahkan masalah, belajar mengendalikan diri, belajar aturan kelompok, dan latihan bekerjasama. 

  1. Mendorong anak untuk menjalin hubungan

Semakin bertambah usianya, anak memerlukan interaksi dengan orang lain. Bermain dengan teman sebaya akan membantu anak mengenali kelemahan dan kelebihan pada dirinya, serta belajar untuk hidup berdampingan dengan orang lain baik seusia maupun beda usia. Anda dapat mengajak anak mengunjungi tetangga, mengirim ke komunitas-komunitas hobi, dan membiarkannya berinteraksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal..

  1. Kenalkan proses demi proses

Sampaikan kepada anak bahwa tujuan bukanlah segalanya. Sebelum tujuan ada proses yang harus dilalui, sedangkan dalam proses terdapat banyak pelajaran. Jadi, proses bisa jadi lebih penting atau sama pentingnya dengan tujuan. Dalam beberapa hal, kita hanya bisa mendapat manfaat dari prosesnya karena tujuan yang kita kejar ternyata tidak seindah yang kita bayangkan. Contohnya dalam kompetisi olahraga. Bermain bagus dan selamat itu bisa sama baiknya dengan kejuaraan. Dalam kompetisi seni, keindahan karya seni dan proses penciptaannya itu jauh lebih berharga daripada kejuaraannya. Dalam menuntut ilmu, proses belajar memahami pelajaran demi pelajaran dan interaksi dengan guru itu jauh lebih berharga daripada kejuaraan kelas atau rangking. 

Oleh karena itu jadilah orang tua yang menghargai proses perjuangan anak, bukan menilai hasil perjuangannya. 

  1. Latih  disiplin 

Kedisiplinan berhubungan dengan kesehatan mental. Di balik latihan disiplin terdapat pembelajaran makna bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kesadaran untuk mandiri bersikap. 

Anak terus memerlukan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru setiap harinya, tetapi ia belum memiliki banyak pengetahuan mana hal baru yang layak dipilih dan mana yang harus dijauhkan. Kehadiran orang tua ia perlukan untuk membantunya memilih atau memberi pertimbangan. 

Sampaikan nilai nilai agama terlebih dahulu sebelum nilai yang lain ketika membuat pertimbangan baik buruk suatu pilihan bagi anak. Anak memilih mode pakaian, hobi, pertemanan, atau hiburan dengan mempertimbangkan baik buruknya berdasarkan apa yang dipandang baik atau buruk dalam islam. 

  1. Jangan mencela pribadinya

Siapapun manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Di masa pencarian pada usia ini, lebih-lebih nanti menjelang masa akil baligh, anak akan banyak melakukan hal baru sehingga berisiko memulainya dengan cara yang salah. Memperluas pergaulan ia akan melakukan banyak kesalahan. Di awal mengejar prestasi ia berisiko mengalami kegagalan. Mengawali penentuan jati diri, ia berpotensi banyak salah langkah. 

Semua kesalahan itu memang merugikan, bukan hanya dirinya tetapi juga keluarga. Saat ini terjadi, Anda dapat menghukum atau mengkritik kesalahan yang ia buat, bukan pribadi anak itu. Anda hanya perlu mengingatkan anak untuk mengubah atau meninggalkan perbuatannya, bukan mencelanya.

  1. Seberapa nyaman rumah Anda?

Ini bukan tentang rumah mewah yang di dalamnya sejuk oleh AC dan indah karena taman-taman dan kolam renangnya. Juga, bukan rumah yang di dalamnya serba tersedia apapun yang anaknya inginkan. Bukan itu. 

Rumah nyaman adalah tempat paling wajar bagi anak selama proses bertumbuh. Rumah nyaman itu tempat yang enak untuk meluapkan kebahagiaan, merenungi kesedihan, melampiaskan amarah, mengungkapkan perasaan, melatih kemandirian, dan memaknai kehidupan seluruhnya. Lingkungan rumah yang nyaman lebih pada nuansa anggota keluarga yang harmonis dan mendukung perkembangan mental anak. Nuansa tenteram dan damai tetapi tak henti menyulut motivasi dan konflik-konflik.

 

[Yazid Subakti]