Bolehkah Anak-Anak Bermain Boneka?

Bolehkah Anak-Anak Bermain Boneka?

Salah satu jenis mainan yang dekat di dunia anak adalah bermain boneka. Benda ini selalu ada di rumah yang dihuni anak-anak, terutama anak perempuan. 

Dibanding anak laki-laki, anak perempuan memang membutuhkan perhatian yang khas dari orang tuanya. Mendidik mereka dengan baik memiliki keutamaan tersendiri di dalam Islam. Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, kemudian ia bersabar atas mereka, memenuhi pangan dan sandangnya dari hasil pencariannya sendiri, maka anak-anaknya tersebut akan menjadi dinding penutup antara dirinya dan api neraka” (HR. Ahmad dan Bukhari).

Jadi, ada cara pengasuhan yang agak berbeda bagi anak perempuan mengenai hak-haknya, cara berinteraksi, dan pemenuhan kebutuhannya. Salah satu kekhususan itu adalah tentang diperbolehkannya bermain boneka. 

Jadi, bolehkah bermain boneka? 

‘Aisyah ra menceritakan bagaimana Rasulullah SAW memperlakukannya.

“Dahulu aku sering bermain dengan boneka anak perempuan di sisi Nabi SAW. Dahulu aku juga memiliki teman-teman yang biasa bermain denganku. Ketika Rasulullah SAW masuk ke rumah, teman-temanku pun berlari sembunyi. Beliau pun meminta mereka untuk keluar agar bermain lagi, maka mereka pun melanjutkan bermain bersamaku” (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Dawud juga meriwayatkan sebuah hadits dari Ibunda kaum mukminin ‘Aisyah ra,

“Suatu hari, Rasulullah pulang dari perang Tabuk atau perang Khaibar (perawi hadits ragu, pen.) sementara di kamar (‘Aisyah) ada kain penutup. Ketika angin bertiup, tersingkaplah boneka-boneka mainan ‘Aisyah, lalu Rasulullah SAW bertanya, ‘Apa ini wahai ‘Aisyah?’ Dia (‘Aisyah) pun menjawab, ‘Boneka-boneka (mainan) milikku.’ Beliau melihat di antara boneka mainan itu ada boneka kuda yang punya dua helai sayap. Kemudian beliau pun bertanya kepada ‘Aisyah, ‘Yang aku lihat di tengah-tengah itu apanya?’ ‘Aisyah menjawab, ‘Kuda.’ Beliau bertanya lagi, ‘Apa itu yang ada pada bagian atasnya?’ ‘Aisyah menjawab, ‘Kedua sayapnya.’ Beliau menimpali, ‘Kuda punya dua sayap?’ ‘Beliau menjawab, “’Tidakkah Engkau pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai kuda yang memiliki sayap?’ Beliau pun tertawa hingga aku melihat gigi beliau” (HR. Abu Dawud).

Menurut Al-Khathabi, hadits ini menunjukkan bahwa boneka mainan anak-anak tidak termasuk mainan bergambar (makhluk bernyawa) yang terdapat larangannya dalam hadits. Diberikan keringanan hukum (rukhshoh) bagi ‘Aisyah bermain boneka karena pada saat itu belum baligh. 

Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i mengatakan dengan mengutip pendapat Al-Qadhi, bahwa hadis ini merupakan dalil bolehnya bermain dengan boneka. Ini merupakan pengkhususan dari dalil tentang gambar (makhluk bernyawa) yang dilarang. Beliau berdalil dengan hadis ini mengenai perlunya latihan bagi anak perempuan ketika masih kecil sebagai persiapan kelak mengurusi diri mereka sendiri, rumah tangga, dan anak-anak mereka.

Waktu Tidur Anak

Manfaat tidur bagi anak adalah sebagai sarana pengistirahatan tubuh. Selama seharian anak beraktivitas sehingga memerlukan jam-jam berhenti dari aktivitas ini. Tidur juga mengembalikan energi. Pada saat tidur, penyerapan kalori berjalan optimal untuk menyimpan kembali cadangan.

Waktu yang diperlukan untuk tidur. 

  • Bayi baru lahir sampai 4 minggu

Durasi tidur bayi yang baru lahir umumnya pendek tetapi sering. Bayi di usia ini tidur sekitar 15 sampai 18 jam dalam sehari, dengan pola tidur yang belum teratur. 

  • Usia 1-4 Bulan

Pola tidur bayi mulai terbentuk dengan durasi terpanjang mencapai 4 sampai 6 jam. Dalam sehari, jumlah kebutuhan tidurnya mencapai 14 sampai 15 jam. 

  • Usia 4-12 Bulan

Bayi memiliki 3 atau 2 waktu tidur siang, dan satu tidur malam. Pada rentang usia ini mereka secara fisik telah mampu tidur hanya malam hari saja. Selam sehari, ia perlu tidur setidaknya 13 jam.

  • Usia 4-12 Bulan

Bayi sudah mulai memiliki pola tidur teratur. Ia memerlukan waktu sekurang-kurangnya 12 jam untuk tidur selama sehari, meskipun kebanyakan bayi di usia ini tidur antara 13 sampai 15 jam. 

  • Usia 1-3 Tahun

Si kecil mulai mengurangi jadwal tidur siangnya hingga menjadi satu kali tidur siang dalam sehari dan berlangsung sekitar 1 sampai 3 jam. Total waktu tidur yang butuhkan adalah minimal 12 jam sehari. Ia mulai mengatur jadwal tidur seperti orang dewasa.

  • Usia 3-6 Tahun

Anak sudah tidur dengan pola sama dengan orang dewasa. Ia mulai tidur sekitar jam 7 malam dan bangun sekitar jam 6 pagi.Total waktu yang dibutuhkan untuk tidur adalah sekitar 10 sampai 12 jam.

  • Usia 7-12 Tahun

Anak telah mengalami kehidupan sosial, sekolah, dan terlibat aktivitas keluarga. Ia sama persis pola tidurnya dengan orang dewasa. Ia akan mengantuk dan pergi tidur sekitar pukul 9 malam dan mampu bangun jam 5 pagi. Oleh sebab itu, Rasulullah menganjurkan pelajaran shalat bagi anak usia 7 tahun karena memang ia sudah mampu dibangunkan untuk shalat subuh. Total kebutuhan tidurnya antara 9 sampai 11 jam seharian.
 

[Yazid Subakti]