Pra Nikah – Penantian dengan diam bukanlah sikap yang produktif, kuatkan ikhtiar. Allah menghendaki manusia untuk mengusahakan apa yang ia hajatkan, dengan tawakkal yang menghubungkan hatinya dengan-Nya. Waktu luang setelah menuntaskan usaha dan bertawakkal kepada Allah bukanlah waktu untuk menunggua karunia datangnya keajaiban. Allah memberikan waktu setelah suatu ikhtiar, agar manusia melakukan ikhtiar yang lain lagi.
Allah berfirman yang artinya, “Dan ketika engkau luang, maka sibukkanlah (pada usaha yang lain)” (QS. Al insyirah: 7)
Daftatr Isi
Menunggu adalah sumber kecemasan
Setiap kali Anda menunggu, Anda akan mendapati perasaan yang tak menentu. Hati didatangi oleh pikiran-pikiran yang liar, sesuatu yang hanya berada di dunia hayalan.
Dengan menunggu, Anda akan menemukan bayangan indah tentang sesuatu yang ANda tunggu. Lama kelamaan, ketika bayangan itu tak kunjung menjadi kenyataan, ia akan berganti menjadi hayalan yang menakutkan. Hayalan ini tersimpan dalam memori dan kerap hadir sebagai mimpi-mimpi yang meresahkan pikiran.
Itulah sumber kecemasan yang panjang. Anda akan terbayang olehnya sampai linglung dan kehilangan tenaga. Padahal anda mampu untuk bergerak melakukan apapun yang dapat memberikan manfaat dan mendatangkan pahala.
Mengapa tidak engkau gulirkan butir-butis tasbih saat menanti? Ia adalah kalimat yang ringan di lisan dan berat di timbangan mizan.
Mengapa tidak engkau baca buku saat menunggu? Ia adalah gudang wawasan yang mencerahkan pikiran dan mencegah kebuntuan.
Mengapa tidak bangkit menyingkirkan sampah dan duri di jalanan? Ia adalah amal kecil yang mencerminkan ketakwaan.
Mengapa tidak mengulang-ulang bacaan ayat AL-Qur’an ? ia adalah obat yang menangkan kecemasan dan galau hati.
Tawakkal bukanlah pasrah
Sebagian orang yang lemah jiwanya menjadikan takdir sebagai alasan untuk menyerah, mereka merasa lemah dan menyerah pada nasib yang melemahkannya. Mereka mengatakan sikapnya itu sebagai bentuk pasrah, menyerah atas apapun yang datang dari Allah kepadanya.
Tidakkah mereka menyadari bahwa di samping keharusan beriman kepada qadha dan qadar, manusia diperintahkan untuk beramal?
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan katakanlah, abekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.“ (QS. At taubah 105)
Ketahuilah, makna tawakkal yang sesungguhnya adalah melakukan usaha seraya berharap kepada Allah swt untuk mewujudkan hasil ikhtiarnya.
Rasulullah saw bersabda, “beramallah, masing-masing orang akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan takdirnya.” (HR Muslim)
Ikhtiarkan keinginan Anda
Tidak ada alasan untuk tidak melakukan usaha terhadap apa yang kita hajatkan. Pengakuan hajat itu terbukti dengan seberapa nyata seseorang berusaha.
Sesungguhnya, Allah akan memberi karunia kepada setiap jiwa yang melakukan ikhtiar dengan penuh kesungguhan.
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS. An Nisa : 32]
Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. Ibrahim : 41)
Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (QS. Al An’am : 3)
Mereka Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah : 141)
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Al Baqarah : 202)
Buatlah jalan terang untuk ikhtiar Anda
Kadang-kadang ikhtiar terasa gelap dan melelahkan. Ia seperti rerimbunan hutan yang tak menentu mana jalan keluar dan mana kesudahannya.
Sekarang cobalah amati sejenak bola lampu yang Anda nyalakan setiap malam. Ia menerangi dunia ini setelah Thomas Alfa Edison menciptakannya. Dan Edison menciptakannya dengan ikhtiar yang melewati hampir seribu kali kegagalan. Selama itu pula ia membuat beribu cara untuk menerangi ikhtiarnya. Ia menciptakan jalan rintisannya tanpa lelah.
Jodoh adalah bagian dari hajat yang Anda ikhtiarkan. Ada kalanya, Allah memberikan jalan panjang sehingga ikhtiar tidak segera dapat Anda lihat hasilnya. Bagi orang tertentu, Allah memberikan kepadanya jalan yang singkat untuk menemukannya. Panjang atau pendeknya jalan menemukan jodoh adalah rahasia Allah dengan hikmah yang melimpah di dalamnya.
Yang terjadi pada kebanyakan orang adalah, mereka mengira jalan itu panjang, padahal sesungguhnya ia amat dekat dengan keberhasilan. Ia terlanjur berputus asa sehingga jodoh yang sudah amat dekat itu seakan kembali menjauh. Tidak ada jodoh yang menjauh, keputusasaanlah yang menjadikannya terasa jauh.
Mohonlah kekuatan ikhtiar kepada Dzat yang Maha Kuat
Barangsiapa yang dibantu oleh Allah SWT, niscaya ia akan mendapatkan bantuan, dan barangsiapa yang ditelantarkan oleh-Nya, maka ia akan benar-benar terlantar. Anda membutuhkan bantuan, sekecil apapun persoalan Anda. Dzat selain Allah adalah lemah untuk memberikan kekuatan, maka hanyalah Kepada -Nya hendaknya kita memohon.
Mohonlah kekuatan kepada Allah. Dengarlah seruan ayat ini:
Allah berfirman yang artinya, “JIka Allah menolngmu, maka tak ada yang dapat mengalahkanmu dan jika Allah membiarkanmu, maka siapakah gerangan yang dapat menolongmu selain dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja aorang-orang mukmin bertawakkal.” [QS. Ali imran 160]
Mohonlah kekuatan untuk menjalani ikhtiar. Kekuatan ini lebih penting karena anda dapat menjadi berpengalaman dari banyaknya ikhtiar dan mendapat pelajaran darinya.
[Yazid Subakti]