Parenting Al-Kautsar – Apakah pendidikan prenatal dengan pembiasaan baik anda dan stimulus-stimulus terhadap janin membuat bayi nanti akan lahir dalam keadaan jenius?
Bukan itu yang menjadi maksud dari pendidikan prenatal ini. Pendidikan prenatal mencakup makna yang luas, tidak hanya sekedar untuk membiasakan perilaku yang baik atau dengan stimulus yang baik terhadap janin, namun pendidikan prenatal juga mencakup pada ikhtiar untuk mengkondisikan janin cerdas intelektual (mungkin saja jenius), cerdas emosi, cerdas spiritual (beriman dan taat), berkepribadian baik, sehat dan tumbuh dengan baik jasmaninya, serta terhubung rasa cinta dan kedekatan dengan orang tuanya.
Mungkin yang si kecil dapatkan dari stimulus ini adalah meningkatnya IQ (kecerdasan intelektual). Mungkin ia jadi lebih lincah dan tahan dari penyakit. Atau mungkin ia tumbuh menjadi anak yang sopan dan pengertian, mungkin menjadi anak yang taat beribadah, atau kebaikan-kebaikan lainnya. Sebagian dari perlakuan selama hamil ini bahkan bertujuan untuk kebaikan anda sebagai ibunya; yaitu anda mendapatkan efek ketenangan, kestabilan emosi, optimism dan semangat, bertambahnya ketaatan, dan tidak lupa meningkatnya kekuatan dan kesehatan.
Jadi, kecerdasan intelektual (yang puncaknya adalah kejeniusan), hanyalah salah satu hasil yang bunda harapkan dari stimulasi ini. Di antara harapan-harapan lain yang mungkin bahkan lebih penting untuk masa depan si kecil. Semua kebaikan yang bunda stimulasikan kepada janin adlah untuk kebaikan dan bekal menghadapi kehidupannya di masa depan.
Yang juga tak kalah penting dari ini semua adalah bahwa pendidikan prenatal hendaknya menyadarkan kita semua akan pentingnya menghargai manusia. Khususnya di awal-awal penciptaan. Semua yang kita lakukan kepada janin adalah bagian dari rasa cinta dini kepada sang buah hati. ekspresi syukur dan kebahagiaan akan ciptaan Allah. Jika ternyata apa yang kita lakukan tidak dapat kita lihat hasilnya seperti yang kita bayangkan, maka setidaknya kita telah diri sebagai manusia yang mampu mencintai dan pandai bersyukur.
Apapun yang terjadi tetap selalu disyukuri, karena sesungguhnya Allah Maha Bijaksana atas keputusan yang dikehendaki-Nya.
[Yazid Subakti]