Parenting Al-Kautsar – Tak ada yang paling menyenangkan dari sebuah kehadiran, selain sambutan yang penuh sukacita. Ia akan menjadi hamba yang diberkahi. Dengan kebaikannya, ia adalah perhiasan keluarga. Di luar itu, ia menjadi bagian dari umat yang memakmurkan bumi ini. Ia akan meneruskan generasi ini, melanjutkan risalah kebenaran dan menjadi pencerah bagi umat manusia.
Para sahabat Nabi ketika mendapati kelahiran bayi sangat riang raut mukanya. Salah seorang sahabat yang anaknya baru lahir datang kepada Rasulullah SAW memohonkan keberkahan.
Dari Abu Musa ra, beliau mengatakan, “Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memberi nama bayiku, Ibrahim dan mentahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga dengan Asma Binti Abu Bakar, bayinya yang baru terlahir di tanah hijrah Madinah dibawanya ke hadapan Rasulullah SAW. Ketika itu Nabi SAW meminta diambilkan kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakkannya di mulut bayi Asma kemudian mendoakan keberkahan untuknya.
Anda dapat berdoa untuk si kecil dengan doa kebaikan dan keberkahan. Atau, Anda dapat mendatangi orang soleh dan berilmu untuk mendoakan kebaikan dan keberkahan bagi si kecil.
-
Daftatr Isi
Memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan Syaitan
Jika syaitan terus menerus menebar godaan kepada manusia untuk menjerumuskannya, maka Allah adalah dzat yang paling berkuasa untuk dimintai perlindungan. Maka berlindunglah kepada-Nya dari godaan syaitan, mohonkan perlindungan untuk si kecil agar ia terhindar dari pengaruh syaitan dan segala keburukan darinya.
Ketika istri Imran melahirkan Maryam, dia pun berkata: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya yang kulahirkan adalah anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui tentang yang terlahir ini; sedangkan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada Engkau dari godaan syaitan yang terkutuk” (QS. Ali Imran: 36).
Doa ibunda Maryam dikabulkan oleh Allah. Allah memberikan perlindungan kepada Maryam dari gangguan setan, dan semua keburukan yang mengancamnya. Allah terus melindungi hingga Maryam dewasa dan melahirkan puteranya, nabi Isa alaihissalam.
Ini seperti yang dikabarkan dalam hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk dengan tangan setan ketika ia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena Setan menyentuhnya. Selain Maryam dan putranya. (HR. Bukhari).
Anda dapat meniru doa yang diucapkan oleh rasulullah SAW ketika mendoakan cucunya (Hasan dan Husain) sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW membacakan doa perlindungan untuk kedua cucunya,
Jika bayinya laki-laki, maka doanya adalah,
Dan untuk bayi perempuan, doanya adalah,
Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk. (HR. Abu Daud).
-
Hendaklah merasa khawatir
Rasa khawatir dapat meningkatkan kewaspadaan. Munculnya kewaspadaan ini berguna agar manusia membuat rencana pencegahan untuk mengusahakan sesuatu yang diwaspadai itu tidak terjadi. Orang-orang yang waspada lebih bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang akan yang menimpanya.
Maka, Allah menyampaikan kepada seluruh orang tua yang menurunkan generasi, agar rasa khawatir itu ada.
“Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang baik. (Qs. An-Nisa: 9).
Ini peringatan dari Allah kepada setiap orang tua yang mendapat keturunan. Allah menghendaki agar setiap orang tua tidak meninggalkan anak atau generasi yang lemah. Artinya, setiap orang tua diperintahkan melakukan ikhtiar lahir maupun batin mengarahkan keturunannya menjadi pribadi-pribadi kuat. Kuat fisiknya, kuat ilmunya, kuat pengaruhnya, kuat mentalnya, dan yang paling penting adalah kuat dalam memegang akidah.
-
Memahami hakikatnya
Para orang tua saling berbeda memaknai kehadiran anaknya. Bisa saja orang memahami lahirnya anak sebagai beban yang memberatkan hidupnya. Orang-orang jahiliyah merasa malu dengan lahirnya anak perempuan, lalu menguburnya hidup-hidup. Kelahiran bayi laki-laki di masa lampau bisa menimbulkan keresahan para raja zalim karena akan mengancam kekuasaannya. Kaum agraris gembira dengan lahirnya anak yang banyak karena akan menjadi tenaga bantu bercocok tanam. Sebagian keluarga saat ini tidak menghendaki kelahiran anak ketiga dan seterusnya karena ketakutan akan mengganggu karir dan kemakmurannya.
Ada beberapa istilah untuk anak di dalam Al-Qur’an.
Pertama, anak adalah walad, yaitu seseorang yang lahir. Peristiwa kelahiran istilahnya adalah wiladah, ayahnya yaitu walid dan ibunya adalah walidah. Artinya, anak adalah seseorang yang memiliki kemurnian hubungan darah dan tanggungjawab yang amat dekat dengan ayah dan ibunya.
Oleh karenanya, orang tua bertanggung jawab penuh atas pertumbuhan dan perkembangannya, serta pemenuhan kebutuhan anak-anak sampai suatu masa ketika anak tak lagi memerlukannya.
Kedua, Allah menyebut anak dengan kata ibn, atau dengan kata jamak abna dan banun, masih berhubungan dengan bana, yang artinya membangun atau berbuat baik. Hubungan anak dengan orang tuanya ibaratk sebuah bangunan nasab yang saling menguatkan. Bangunan ini harus ditegakkan dengan material yang berkualitas, didirikan di atas pondasi yang kuat, disusun atas kerangka dan dinding yang kokoh, dinaungi atap yang aman dan dilengkapi jendela serta pintu yang nyaman. Kepada anak, orang tua harus memberi kebutuhan yang halal dan bermutu, melandasi akal dengan pondasi akidah yang lurus, membekali akhlak dan ilmu yang kuat.
Kata ibn bisa juga berubah menjadi bunayy.
Nabi Ibrahim saat mengabarkan mimpi kepada anaknya (Ismail), Nabi Nuh saat memanggil anaknya (Kan’an) naik perahu, Nabi Ya’qub saat hendak menyampaikan pesan kepada anak-anaknya, dan Luqman ketika menasehati anaknnya, menggunakan sapaan ya bunayya (wahai anakku).
Ketiga, anak disebut dengan thifl atau bentuk jamaknya athfal yang bermakna anak-anak dalam fase perkembangan setelah bayi dan sebelum dewasa. Ada pesan yang tersirat dalam istilah thifl, bahwa orang tua hendaknya cermat mendampingi anaknya dari waktu ke waktu sambil terus mengamati apa yang terjadi padanya.
Kata Thifl juga mengandung makna segolongan anak sebagai entitas. Tidaklah sama antara anak-anak dengan kaum dewasa. Anak-anak adalah entitas tersendiri, yang harus dimengerti segala keunikan dan fitrahnya.Anak sebagai thifl memiliki sisi lain yang khas dalam hal karakter, kebutuhan, keunikan, kedudukan hukum, dan hak-haknya.
Selain ketiga sebutan tersebut, Allah juga menyebut istilah dzurriyah yang berarti keturunan. Maksud yang tersirat di dalamnya adalah bahwa anak-anak merupakan hasil lanjutan genetika orang tua. Mereka pada saatnya nanti akan menjadi pengganti generasi saat ini dan membentuk generasinya sendiri. Sebagai penerus generasi, ia akan membawa risalah atau kebaikan-kebaikan saat ini untuk menyampaikanya di zamannya nanti. Oleh karenanya, ia berhak mendapat bekal kesalihan yang cukup dari orang tuanya.
[Yazid Subakti]