Parenting Al-Kautsar – Apa yang Anda lakukan selama hamil adalah pengalaman hidup dan menjadi teladan bagi janin dalam rahim. Kata-kata anda, pergerakan, perasaan dan pikiran menjadi bagian yang juga dibersamai oleh janin. Kebiasaan ini terekam dalam memori dan ritme kehidupannya, hingga membawa pengaruh kepadanya kelak ketika lahir.
Oleh karenanya anda adalah teladan pembimbing perilaku dan karakter bagi janin. Berikut ini adalah contoh keteladanan ibu dan ayah dalam ketaatan mulai dari hal-hal kecil yang mudah dan sederhana.
Daftatr Isi
Sholat tepat waktu
Sebaik-baik shalat adalah yang dilakukan tepat waktu. Menunda-nunda shalat adalah pengaruh setan yang menyebabkan datangnya kemalasan. Akhir dari kebiasaan menunda waktu shalat adalah keberanian meninggalkan shalat karena tidak lagi menganggapnya penting.
Sholat tepat waktu melibatkan gerakan tubuh, ucapan-ucapan, dan penjadwalan yang terjadi secara ritmis berulang setiap hari. Selama perbuatan ini berlangsung, bayi sejak awal penciptaannya turut serta terlibat dan menjadi kebiasaan. Kelak ketika telah lahir diharapkan kebiasaan ini akan lebih mudah dijaga hingga memasuki kehidupannya yang mandiri.
Memperbanyak shalat sunnah
Shalat sunnah adalah kebiasaan Rasulullah SAW di luar Shalat lima waktu yang diwajibkan. Shalat ini menjadi penyempurna pahala salat-salat wajib kita, serta menambah kemuliaan dan keutamaan-keutamaan yang tidak kita dapatkan selain darinya.
Pertama, menjaga diri dari api neraka. Shalat sunnah rawatib sebelum dan setelah zuhur adalah penjaga api neraka sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ummu Habibah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa menjaga shalat sunnah empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat lagi sesudahnya, maka Allah mengharamkan orang itu atas neraka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kedua, membuka pintu-pintu langit. Dari Abdullah bin as-Saib ra, bahwasanya Rasulullah saw Shalat empat rakaat sunnah setelah matahari tergelincir (sebelum shalat Zuhur) dan bersabda: “Ini adalah saat terbukanya pintu-pintu langit, maka aku senang kalau amalan shalihku naik di situ.” (HR Tirmidzi)
Ketiga, menambah kebaikan rumah di dalamnya. Dalam hadits dari Jabir ra, Bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika seseorang di antara engkau semua telah menyelesaikan salatnya di masjid, maka hendaklah memberikan sekedar bagian dari sebagian shalatnya – yakni yang sunnah-sunnah – untuk rumahnya, karena sesungguhnya Allah membuat kebaikan dalam rumahnya itu karena shalatnya tadi.” (Riwayat Muslim)
Keempat, agar Allah membalasnya dengan bangunan rumah di surga. Disebtkan dari Ummul mu’minin yaitu Ummu Habibah ra, bahwa Ramlah binti Abu Sufyan ra mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tiada seorang hambapun yang Muslim yang salat karena Allah Ta’ala setiap hari dua belas rakaat sebagai shalat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau: melainkan untuknya akan didiri-kanlah sebuah rumah dalam syurga.” (HR. Muslim)
Kelima, agar mendapat kebaikan dunia dan seisinya. Ini seperti yang disampaikan dalam hadits dari Aisyah ra, bahwa Nabi saw, bersabda: “Dua rakaat sunnah fajar (sebelum Subuh) adalah lebih baik nilainya daripada dunia dan apa saja yang ada di dalamnya ini (dunia dan seisinya).” (HR. Muslim)
Masih banyak keutamaan salat sunnah yang lain. Ibu hamil yang membiasakan diri dengan salat-salat sunnah ini akan dengan sendirinya mengajarkan kepada bayi dalam kandungan kecintaan pada panggilan Allah, kegemaran meniru Rasulullah, dan turut serta berburu pahala Sunnah.
Menjawab adzan
Di masyarakat muslim seperti kebanyakan daerah di Indonesia ini, setiap datang waktu salat fardhu akan terdengar suara adzan berkumandang. Suara adzan sangat biasa dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
Begitu mendengarkan suara adzan, salah satu kebiasaan kecil yang mudah namun amat bermakna adalah menjawab suara adzan itu serta dengan doa dan salawat.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra, bahwasa ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Jika engkau mendengar azan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, kemudian bacalah shalawat untukku, karena sesungguhnya barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali shalawatan, maka Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali, selanjutnya mohonlah wasilah kepada Allah untukku, sebab sesungguhnya wasilah itu adalah suatu tingkat dalam syurga yang tidak patut diberikan melainkan kepada seseorang hamba dari sekian banyak hamba-hamba Allah dan saya mengharapkan agar sayalah hamba yang memperoleh tingkat wasilah tadi. Maka dari itu barangsiapa yang memohonkan wasilah untukku – kepada Allah, wajiblah ia memperoleh syafaatku.” (Riwayat Muslim)
Jawablah kumandang adzan meski dalam bisikan-bisikan pelan. Ucapan ini penuh makna tauhid dan ajakan ketaatan. Kalimat-kalimat inilah yang kelak menjadi bekal anak-anak untuk kehidupan dunia sampai akhiratnya.
Menutup aurat
Kata aurat menurut bahasa berarti an naqshu (kekurangan). Artinya, sesuatu (bagian dari tubuh) yang wajib ditutup dan haram dilihat. Para ulama telah bersepakat tentang kewajiban menutup aurat baik dalam shalat maupun di luar shalat.
Menutup aurat adalah aturan Allah dan Rasul-Nya. Meskipun telah menjadi kebiasaan, dalam keadaan terterntu seseorang lalai atau ingin mengabaikannya. Ini akibat longgarnya hati yang menjadikan syetan berhasil menyusup dan memmengarhui jiwa seseorang.
Pelanggaran membuka aurat adalah salah satu dosa yang paling awal terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Keberhasilan pertama kali yang iblis dapatkan dalam menggoda manusia setelah ia mendapat vonis terusir dari surga adalah dengan melucuti pakaian Adam dan Hawa sehingga terbuka auratnya.
Allah berfirman yang artinya, “Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga… (QS. Al A’raf: 22)
Ketika aurat telah terbuka, maka keburukan akan muncul sebagai akibatnya. Selanjutnya, runtuhlah kehormatan dan kemulian seseorang. Maka Allah swt memperingatkan manusia agar berhati-hati menjaga auratnya.
Menutup aurat selama masa hamil adalah bagian mendidik bayi akan perasa malu dan ketaatan kepada Allah. kelak seorang ibu atau ayah yang telah terbiasa dengan ketaatan ini akan lebih mudah menyampaikan kepada anak-anaknya, sekaligus menjadi teladan dengan sendirinya.
Menjaga kebersihan
Seorang muslim itu bersih. Bersih badannya, bersih pakaiannya, juga bersih tepat tinggalnya. Rasulullah saw. pernah bersabda: “Menjadi bersihlah kamu, karena sesungguhnya Islam itu bersih.“ (HR. Ibnu Hiban)
Dalam hadits yang lain, beliau SAW mengatakan, “Kebersihan itu dapat mengajak seseorang kepada iman. Sedang iman itu akan bersama pemiliknya ke Surga.” (HR. Thabarani)
Pernah Nabi SAW melihat seseorang yang pakainnya kotor. Maka beliau SAW mengatakan “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat dipakai untuk mencuci pakainnya?” (HR. Abu Daud)
Selain anjuran yang bernilai sunnah, menjaga kebersihan adalah bagian dari ikhtiar menjaga kesehatan, menyamankan diri dan orang lain ketika berinteraksi.
Ini pembiasaan yang sangat agung bagi orang tua beserta bayi dalam kandungannya. Ketika ibu mendisiplinkan diri hidup bersih, maka hati dan pikirannya penuh dengan kehati-hatian untuk selalu menghindarkan diri dari kotoran-kotoran. Kelak saat bayi terlahir dengan lebih mudah ibu, dan juga ayah, mencontohkan kebiasaan ini. Mengajak bersama-sama mencintai kebersihan.
Menjaga wudhu
Wudhu adalah bersuci dari hadas kecil. Menjaga wudhu berarti mempertahankan diri selalu dalam keadaan suci dari hadats kecil. Kesucian ini menjadikan anda merasa lebih dekat dengan Allah dan terjaga dari perbuatan yang membuat-Nya murka.
Lebih dari itu, balasan bagi orang yang berwudhu adalah Allah membersihkan dosa-dosanya. Dalam sebuah hadits, dari shahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu’ kemudian mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yang dilakukan kedua matanya bersama air wudhu’ atau bersama akhir tetesan air wudhu’. lApabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yang dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu’ atau bersama akhir tetesan air wudhu’. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar setiap dosa yang disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu’ atau bersama tetesan akhir air wudhu’, hingga ia selesai dari wudhu’nya dalam keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa.” (HR Muslim).
[Yazid Subakti]