Hukum Aqiqah Anak yang Masih Kecil ataupun Dewasa

Hukum Ibadah Aqiqah-Anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa untuk senantiasa dijaga dengan sebaik mungkin. Ketika sang anak telah lahir di dunia ini, maka syariat dalam Islam menganjurkan untuk melakukan aqiqah. Hukum aqiqah anak sendiri hukumnya adalah sunnah mu’akad. Adapun hukum aqiqah anak bagi orang tua yang dikatakan berasal dari kalangan yang mampu, maka sangat dianjurkan atau bahkan wajib dalam melaksanakan aqiqah. Aqiqah mengajarkan seorang muslim untuk mau bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT. Lalu seperti apakah hukum aqiqah itu sendiri?

Hukum Melaksanakan Aqiqah

Hukum aqiqah dalam Islam adalah sunnah mu’akad yang dilakukan sekali dalam seumur hidup. Sebagaimana yang telah ditulis dalam hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang aqiqah untuk anak yang baru lahir :
كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّيكُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تَذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَسَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى “Setiap bayi yang lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembelihkanlah kambing untuknya pada hari ke tujuh ia lahir, dicukur dan diberilah ia nama”
Berdasarkan hadits di atas, dalam melaksanakan aqiqah yang dianjurkan oleh syariat Islam adalah pada hari ketujuh ketika sang anak lahir. Hal ini diniatkan agar ibadah aqiqah sorang muslim bisa menjadi lebih sempurna apabila sesuai dengan waktu yang disyariatkan. Namun jika pada hari ketujuh dari kelahiran sang anak tersebut luput atau terlewat maka sebagian ulama membolehkan untuk melaksanakan aqiqah pada hari keempat belas anak lahir. Tapi jika di hari ke empat belas orang tua tidak bisa mengaqiqahkannya, maka aqiqah bisa dilaksanakan pada hari ke dua puluh satu. Lalu bagaimana jika orang tua tetap tidak mampu melaksanakan aqiqah pada hari kedua puluh satu dan anak sudah beranjak dewasa?

Hukum Aqiqah Anak yang Sudah Dewasa

Hukum aqiqah anak yang sudah beranjak dewasa berdasarkan ijma’ ulama’ adalah : Berdasarkan kitab Al Muntaqa min Fatawa Al Fawzan, (5/84 Asy Syameal). Syeikh Al Fauzan Hafizhahullah berkata:
وإذا لم يفعلها الوالد فقد ترك سنة، وإذا لم يعق عنه والده وعق عن نفسه فلا بأس بذلك فيما أرى، والله أعلم . “Apabila orangtua melaksanakan aqiqah, maka sungguh ia telah meninggalkan sunnahnya. Dan apabila orangtua belum mengaqiqahi anaknya kemudian sang anak mengaqiqahi dirinya sendiri, maka hal itu tidaklah mengapa, sepenglihatan saya, wallahu a’lam.”
Masih berdasarkan kitab Al Muntaqa min Fatawa Al Fawzan, (4/84 Asy Syamela). Syeikh Al Fawzan Hafizhahullah juga berkata: الأفضل يوم سابعه، هذا هو الأفضل المنصوص عليه، فإن تأخرت عن ذلك فلا بأس بذلك ولا حد لآخر وقتها إلا أن بعض أهل العلم يقول : إذا كبر المولود يفوت وقتها، فلا يرى العقيقة عن الكبير، والجمهور على أنه لا مانع من ذلك حتى ولو كبر “Waktu pelaksanaan yang utama untuk aqiqah adalah dilakukan pada hari ke tujuh kelahirannya. Maka  jika terlambat dari hari ketujuh, itu tidaklah mengapa, dan tidak ada batasan untuk akhir waktu aqiqah kecuali sebagian para ulama berkata: Jika anak yang lahir sudah baligh maka waktu aqiqahnya sudah lewat, tidak dianjurkan bagi orang tua untuk melakukan aqiqah atas seorang yang sudah besar. Sementara  mayoritas ulama berpendapat bahwasannya tidaklah ada larangan untuk itu meskipun sang anak sudah besar.” Berdasarkan dari kedua dalil yang sudah dijelaskan, maka hukum ibadah aqiqah anak yang sudah beranjak dewasa tidak mengapa. Seperti itulah ulasan mengenai hukum aqiqah bagi anak yang masih kecil maupun anak yang sudah baligh. Semoga bermanfaat. Bagi anda yang berencana untuk menunaikan ibadah aqiqah dapat mempercayakannya kepada kami, Aqiqah Al Kautsar. Aqiqah Jogja Profesional dengan Paket Kambing Aqiqah Syar’i, Sehat, Murah, dan Berkualitas Keterangan lebih jelas untuk harga terbaru klik di sini.