Parenting – Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Ana-anak yang lahir kembarpun tampak sekilas sama atau mirip, tetapi dalam beberapa hal tetap terdapat perbedaan.
Daftatr Isi
Tidak ada anak yang persis sama
Allah telah menciptakan bermilyar, bahkan bertrilyun manusia di muka bumi ini dari sejak nabi Adam sampai manusia terakhir kelak menjelang sangkakala kiamat ditiupkan. Dari sebanyak itu manusia yang Dia ciptakan, tidak ada satupun yang memiliki kesamaan persis. Ana-anak yang lahir kembarpun tampak sekilas sama atau mirip, tetapi dalam beberapa hal tetap terdapat perbedaan. Setidaknya berbeda dalam sifat, kecenderungan, dan kemampuannya.
Kenyataan bahwa setiap manusia selalu berbeda ini mengilhami kita bahwa dalam hal potensi pun anak-anak akan berbeda. Anak satu dengan lainnya mungkin saja ada yang memiliki kesamaan bakat, tetapi ukuran atau kadarnya tetap tidak persis sama. Dengan karakter yang juga berbeda sehingga jikapun bakat itu dikembangkan tetap ada kemungkinan memberikan hasil yang berbeda. Dau anak laki-laki yang sama-sama memiliki bakat sepak bola saat dilatih bisa memiliki kecenderungan yang berbeda: satu cenderung menjadi penyerang dan satunya lagi menjadi pemain bertahan. Dua anak perempuan yang sama-sama berbakat memasak saat dilatih bisa menunjukkan kecenderungan yang tidak sama. Satu cenderung memasak olahan kue dan roti, satunya cenderung mengolah masakan sayur dan lauk.
Pembicaraan potensi anak mengharuskan orang tua memahami bahwa penyeragaman perlakuan terhadap anak dengan alasan keadilan justru memberi peluang ketidakadilan karena memberi hak anak tidak sesuai kebutuhannya. Menuntut anak menjadi hebat seperti teman-temannya juga bisa menjerumuskan orang tua pada tindak kezaliman dan menyalahi amanah.
Kita harus mengetahui potensi anak dan perbedaannya dengan saudaranya serta anak-anak lain.
Kecerdasan majemuk anak dan kecenderungannya
Setiap anak adalah pintar, dengan kepintarannya masing-masing. Seorang pakar pendidikan dari Universitas Harvard, Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi delapan jenis, yaitu word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logika atau matematis), self smart (kecerdasan intrapersonal), people smart (kecerdasan interpersonal), musik smart (kecerdasan musikal), picture smart (kecerdasan spasial), body smart (kecerdasan kinetik), dan nature smart (kecerdasan naturalis).
Setiap anak bisa saja memiliki delapan jenis kecerdasan ini. Tetapi yang paling banyak adalah kecenderungan pada satu atau lebih jenis kecerdasan tersebut.
Word smart (kecerdasan bahasa)
Ini adalah kepintaran yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam mengolah, menggunakan, dan memahami bahasa, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Kecerdasan bahasa dapat dilihat ketika anak suka membaca, cepat bisa mengeja kata dengan baik, suka menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan menyimak.
Number smart (kecerdasan matematis)
Anak yang memiliki jenis kecerdasan ini bisa ditandai dengan ketertarikannya pada angka-angka, menyukai matematika, perhitungan, dan hal-hal yang berbau sains dan logika. Ia suka mengukur, membandingkan, mengurutkan, dan memperkirakan suatu perhitungan dengan tepat.
Self smart (kecerdasan intrapersonal)
Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan anak mengelola perasaannya, mengendalikan suasana hati dan pikirannya. Anak dengan kemampuan ini cenderung lebih suka bermain sendiri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan bisa mengkomunikasikan perasaannya dengan baik kepada orang lain.
People smart (kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial)
Anak yang memiliki tipe kecerdasan ini lebih suka bermain dengan banyak orang, suka bergaul dan menambah teman. Ia memiliki empati yang tinggi, mampu memahami perasaan orang lain, dan cenderung menonjol sehingga suka memimpin saat bermain atau menjadi peramai.
Music smart (kecerdasan musikal)
Kecerdasan ini paling mudah terlihat oleh orangtua dengan ciri-ciri anak suka bernyanyi, menggoyangkan badan ketika mendengar bunyi dan irama, mengingat lagu, bahkan gemar bermain alat musik.
Picture smart (kecerdasan spasial)
Ini adalah kepintaran anak dalam persepsi ruang. Anak yang cerdas spasial ini biasanya terlihat dari kesukaannya menggambar, mencoret-coret kertas, mewarnai, suka berimajinasi, merancang desain.
Body Smart (kecerdasan kinestetik)
Body smart adalah cerdas dalam mengelola badan, gerakan, dan memainkan setiap organ tubuh untuk tujuan tertentu yang ia inginkan. Anak seperti ini biasanya sangat aktif bergerak, menyukai banyak jenis olahraga, menyentuh atau memegang berbagai benda dan mempelajarinya.
Nature smart (kecerdasan alam)
Ini adalah kecerdasan yang berhubungan dengan minat atau kesungguhan anak dalam mengelola alam beserta unsur dan sifatnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan alam sangat suka bermain di alam, memelihara binatang, merawat tumbuhan, memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dan mungkin gemar berpetualang.
Saat potensi anak di luar cita-cita orang tua
Jangan menjadi push parent, yaitu orang tua bergaya asuh otoriter yang memaksakan cita-cita kepada anak-anaknya, atau mendukung cita-cita anak hanya jika cita-cita itu sesuai dengan kehendaknya saja kemudian melakukan pengawasan yang teramat ketat agar ambisi yang terbebankan ke anak menjadi kenyataan.
Lagi-lagi orang tua harus dapat mengendalikan ambisi agar tidak menjadi pemberat langkah bagi anak yang ingin melaju dengan potensi sesungguhnya yang mereka miliki. Orang tua ambisius ini tak jarang memeras psikologi anaknya dengan tuntutan yang tinggi hingga anak akan merasa takut, panik, dan dikejar perasaan bersalah setiap kali merencanakan masa depan yang bukan pesanan orang tuanya. Anak-anak dalam tekanan ini tertekan oleh perasaan takut gagal dan takut mengecewakan orang tua tanpa tahu yang sebenarnya apakah ketakutan itu baik atau buruk.
Dampak lebih buruk dari pemaksaan cita-cita anak adalah anak menjadi stres, mudah sakit, dan berperilaku tidak wajar karena secara psikologis ia sebenarnya mengalami gangguan. Anak bisa berubah perilaku menjadi mudah marah, membangkang, sulit mengaturnya, kasar, atau menolak norma keluarga.
Ikuti cita-cita anak sesuai minat dan potensinya, kemudian bantu kembangkan dengan cara yang wajar dan berorientasi kebaikan. Orang tua mendambakan anaknya menjadi dokter, tentara, arsitek, pengacara, pengusaha, atau birokrat itu semua baik. Tetapi jangan remehkan jika anak bercita-cita menjadi ahli bahasa daerah, imam masjid, aktivis lingkungan, guru Taman kanak-kanak, atau lurah. Tidak ada yang buruk dari cita-cita ini. Bahkan peluang untuk mulia di hadapan Allah dan memberi manfaat kepada sesama bisa jadi lebih besar.
Memberi pilihan
Tentu saja, mengikuti potensi anak tidak berarti memberi kebebasan sebebas-bebasnya bagi anak untuk bercita-cita. Orang tua memiliki informasi yang lebih lengkap tentang cita-cita atau gambaran profesi daripada dengan anak yang masih meraba-raba.
Jelaskan
Jelaskan kepada anak bahwa di dunia ini banyak sekali profesi manusia, tidak hanya yang bisa ia sebutkan saja. Jika ia dapat menyebutkan dua puluh daftar profesi impian, Anda dapat menambahkan sebanyak dua kali atau bahkan tiga kali lipatnya. Tidak semua profesi itu ada di Indonesia dan suatu saat akan orang Indonesia minati.
Untuk memberi gambaran mengenai berbagai profesi, anda dapat memanfaatkan situasi ketika berada di suatu tempat penting, misalnya saat di bandara. Ada puluhan profesi yang untuk menjamin bandara berjalan dengan normal; polisi, satpam bandara, pilot, pramugari, teknisi pesawat, sopir shuttle, cleaning service, teknisi kelistrikan, juru parkir pesawat, porter, pengusaha kafe, petugas loket, dan masih banyak lainnya. Itu hanya satu tempat saja, yaitu bandara. Di pelabuhan ada banyak profesi yang lain, di gelanggang olahraga, di kampus perguruan tinggi, di sekolah, di kantor pemerintahan, di kilang minyak, di restoran, di proyek jalan tol, di dalam kapal, dan tempat-tempat lain masih ada ratusan profesi lain.
Beri pilihan
Dengan gambaran profesi yang ada, anda tidak perlu memberikan kebebasan untuk satu di antara semuanya. Orang tua bijak seharusnya dapat menandai beberapa profesi yang sekiranya cocok dengan minat dan potensi anak serta memperkirakan akan dapat mengangkat derajat anak di masa depannya.
Dengan menyebut beberapa profesi yang paling anda sarankan, persilakan anak untuk memilih. Anda dapat menyebutkan sepuluh profesi mulia yang dapat mengangkat derajat anak, kemudian anak memilih salah satu di antaranya.
Jangan membandingkan
Sebagian orang tua begitu gemar membandingkan anak sendiri dengan anak lain. Membanding-bandingkan anaknya sendiri dengan anak tetangga atau teman sekolahnya dalam hal kepatuhan, prestasi sekolah, kedisiplinan, kecakapan atau lainnya. Inilah kebiasaan buruk yang sampai hari ini masih terus berlangsung dan tanpa disadari membawa dampak negatif bagi anak.
Maksud orang tua membandingkan anaknya sebenarnya baik, yaitu agar anaknya bisa meniru atau berubah menjadi lebih baik seperti anak lain yang menjadi pembandingnya, anaknya terpacu untuk berprestasi sehebat temannya. Tetapi orang tua lupa, bahwa apa yang ia pikirkan tak pernah sama dengan pikiran anak. Tak sama dalam fase kemampuan berpikir dan tak sama dalam orientasi pikirannya.
Perbandingan anak dengan anak lain hanya akan menghasilkan efek negatif berupa stress pada anak, perasaan rendah diri, perasaan tidak dihargai, sikap acuh, menjauh dari orang tua, persaingan yang tak sehat, dan perasaan tidak dipercaya.
Hanya ada dua kemungkinan anak yang dibanding-bandingkan. Yaitu ia akan menyerah pasrah dan berbuat ala kadarnya karena marasa tuntutan padanya bukan dari jiwanya. Atau ia akan berbalik menjadi penentang sebagai ekspresi protes bahwa ia memiliki hak untuk berkembang menjadi dirinya.
Orang tua baru menyadari ketika dua dampak buruk ini sudah terlanjur terjadi dengan parahnya, lalu sibuk berkonsultasi dan mencari-cari tips tentang cara mengatasinya. Penyesalan memang tak pernah muncul di awal.
[Yazid Subakti]