Hukum Aqiqah dalam Islam

Hukum Aqiqah – Aqiqah adalah menyembelih hewan sebagai ungkapan rasa syukur orang tua kepada anak yang baru saja dilahirkan. Hukum aqiqah dalam Islam sendiri mengatakan bahwasannya aqiqah tidak wajib atau sunnah muakadah.

Namun bagi muslim yang merasa mampu untuk melaksanakan aqiqah, maka hukum aqiqah dalam Islam adalah wajib baginya. adapun waktu yang ditetapkan untuk mengaqiqahi anak adalah hari ketujuh setelah ia lahir.

Lalu bagaimana hukum aqiqah kepada anak yang sudah dewasa? Untuk lebih jelasnya simak ulasannya di bawah ini.

Hukum Aqiqah Bagi Anak

Hadits tentang aqiqah ini diriwayatkan oleh Samurah bin Jundad Radhiyallahu ‘Anhu, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda:

كُلٌّ غُلَامٍ رَهِيْنٌ بِعَقِيْقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى

“Setiap bayi yang baru saja dilahirkan itu tergadai oleh aqiqahnya yang disembelih atas namanya pada hari ketujuh kelahiran bayi tersebut, lalu dicukur dan diberilah ia  nama.”

Lalu diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, “Rasulullah SAW menyembelih aqiqah atas nama Hasan dan Husain pada hari ketujuh, memberi mereka nama dan menyuruh untuk mencukur rambut dari kepala keduanya.”

Hukum Aqiqah Sesudah Dewasa

Hadits dari Al Hasan Al Bashri Rahimahullah sebagaimana dituliskan dalam Kitab Al Muhalla, 2/204 dan Syarh As Sunnah, 11/264, ia berkata:

[ إذا لم يعق عنك فعق عن نفسك وإن كنت رجلاً ].

“Jika belum diaiqahi atas namamu, maka aqiqahkanlah atas dirimu, meskipun kamu adalah seorang laki-laki yang sudah dewasa”

Sebagaimana dituliskan dalam  kitab Syarah As Sunnah, 11/264.Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

[ عققت عن نفسي ببختية بعد أن كنت رجلاً ].

“Aku mengaqiqahkan atas diriku enggan seekor unta betina setelah aku dewasa”

Lalu sebagaimana dituliskan dalam kitab kitab Tuhfat Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud, (hal. 69 Asy Syamela).

ونقل عن الإمام أحمد أنه استحسن إن لم يعق عن الإنسان صغيراً أن يعق عن نفسه كبيراً وقال :[ إن فعله إنسان لم أكرهه ]

Dinukilakan dari Imam Ahmad bahwasanya beliau belum diaqiqahi dimasa kecilnya. Maka beliaupun mengaqiqahkan atas dirinya ketika beliau sudah besar, beliaupun juga berkata: “Jika dilakukan oleh seseorang maka aku tidak membencinya.”

Terakhir, sebagaimana dituliskan dalam kitab Al Mughnni, (22/7 Asy Syamela) Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:

وَإِنْ لَمْ يَعُقَّ أَصْلًا ، فَبَلَغَ الْغُلَامُ ، وَكَسَبَ ، فَلَا عَقِيقَةَ عَلَيْهِ . وَسُئِلَ أَحْمَدُ عَنْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ ، فَقَالَ : ذَلِكَ عَلَى الْوَالِدِ . يَعْنِي لَا يَعُقُّ عَنْ نَفْسِهِ ؛ لِأَنَّ السُّنَّةَ فِي حَقِّ غَيْرِهِ . وَقَالَ عَطَاءٌ ، وَالْحَسَنُ : يَعُقُّ عَنْ نَفْسِهِ ؛ لِأَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ عَنْهُ وَلِأَنَّهُ مُرْتَهَنٌ بِهَا ، فَيَنْبَغِي أَنْ يُشْرَعَ لَهُ فِكَاكُ نَفْسِهِ . وَلَنَا ، أَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ فِي حَقِّ الْوَالِدِ ، فَلَا يَفْعَلُهَا غَيْرُهُ ، كَالْأَجْنَبِيِّ ، وَكَصَدَقَةِ الْفِطْرِ .

“Dan jika seorang anak belum diaqiqahi sama sekali lalu ia sudah baligh dan berpenghasilan, maka tidak ada kewajiban aqiqah atasnya. Imam Ahmad ditanya tentang permasalahan ini, beliau berkata : “Aqiqah adalah kewajiban bagi orangtua, maksudnya adalah seorang anak tidak boleh mengaqiqahi atas dirinya, karena menurut sunnah itu adalah hak selainnya.” Lalu berkatalah Atha’, Al Hasan: “Ia boleh  mengaqiqahi atas nama dirinya, karena aqiqah ini disyariatkan atas anak sebab ia tergadaikan dengannya. Namun sudah semestinya ia menyegerakan pembebasan dirinya, dan menurut kami, bahwa aqiqah adalah lebih disyariatkan pada kewajiban orangtua. Seorang anak tidak boleh mengerjakannya hal selainnya, seperti orang lain dan seperti sedekah fitri.”

Maka berdasarkan hadits-hadits di atas, jelaskah bahwa hukum aqiqah dalam Islam ketika sudah dewasa menjadi mubah.Semoga bermanfaat.

Bagi anda yang berencana untuk menunaikan ibadah aqiqah dapat mempercayakannya kepada kami, Aqiqah Al Kautsar. Aqiqah Jogja Profesional dengan Paket Kambing Aqiqah Syar’i, Sehat, Murah, dan Berkualitas

Keterangan lebih jelas untuk harga terbaru klik di sini.