Berbagai Macam Hikmah Aqiqah yang Bisa Ayah dan Bunda Dapatkan

Berbagai Macam Hikmah Aqiqah yang Bisa Ayah dan Bunda Dapatkan

Sunnah Aqiqah – Menjalankan ibadah aqiqah memiliki bermacam hikmah dan manfaat sebagaimana penjelasan mengenai hikmah aqiqah berikut ini.

Pertama:

Waliyullah ad-Dahlawi mengatakan, Pada aqiqah terdapat berbagai kemaslahatan finansial, psikologis dan sosial. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam membiarkannya, mengerjakannya dan menganjurkan masyarakat untuk ikut melakukannya.

Salah satu manfaat aqiqah adalah berlemah-lembut dalam mengumumkan kabar tentang garis keturunan si bayi. Sebab, hal ini memang harus menyebar kepada khalayak supaya tidak terjadi fitnah di kemudian hari. Di samping itu, juga tidak baik kalau si anak berkeliling di kampung-kampung hanya sekadar untuk memberitahukan garis keturunannya. Oleh karenanya, metode inilah yang paling tepat.

Manfaat yang lain adalah memupuk sikap kedermawanan dan menekan sifat kikir. Hikmah berikutnya adalah bahwa kaum Nasrani apabila memperoleh anak, mereka membaptisnya dengan air berwarna kuning yang biasa mereka namakan ma’mudiyah. Mereka nyatakan bahwa dengan baptis tersebut, si anak resmi menjadi anggota umat Kristiani. Maka, sebagai perimbangan atas hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya,

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah” (Q.s. al-Baqarah [2]: 138).

Maka, disunnahkan bagi para pemeluk agama tauhid untuk melakukan suatu tindakan yang menjadi tandingan atas perbuatan mereka dan mengisyaratkan bahwa bayi yang baru lahir ini adalah pemeluk ajaran tauhid serta pengikut agama Ibrahim dan Ismail ‘alayhimassalam. Tindakan yang paling menonjol dan telah ada secara turun-temurun pada anak-cucu mereka adalah penyembelihan putra beliau yang kemudian dengan karunia Allah ditebus dengan seekor domba jantan. 

Selain itu, ajaran terkemuka mereka adalah ibadah haji yang di dalamnya terdapat ajaran mencukur rambut dan menyembelih hewan. Sehingga, meniru tindakan dan perbuatan mereka ini menjadi semacam syiar agama tauhid dan pengumuman bahwa telah ada tindakan yang menjadikan bayi tersebut termasuk anggota keluarga besar agama ini.

Hikmah yang lain; bahwa tindakan ini di masa awal kelahiran menunjukkan bahwa seakan-akan orang tua menyerahkan anaknya di jalan Allah seperti Nabi Ibrahim ‘alayhissalam. Hal ini menggerakkan rangkaian kebaikan dan ketaatan sebagaimana yang telah kami sebutkan pada sa’i antara Bukit Shafa dan Marwa.

Kedua:

berterima-kasih dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’’ala atas anugerah kenikmatan berupa anak. Sebab, anak merupakan kenikmatan duniawi terbesar. Anak adalah perhiasan dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (Q.s.al-Kahfi [18] : 46).

Allah Subhanahu wa Ta’ala menanamkan pada diri manusia rasa gembira dan bangga atas kelahiran bayi. Oleh karena itu, setiap orang sudah sepatutnya untuk bersyukur kepada Allah Sang Maha Pencipta dan Maha Pemberi. Ada atsar dari Husain radhiyallahu ‘anhu tentang ucapan selamat atas kelahiran bayi. Yaitu dengan mengucapkan,

“Semoga Allah memberkatimu pada karunia-Nya kepadamu sehingga engkau bersyukur kepada Dzat yang telah memberimu karunia ini, dan semoga anak ini dapat mencapai usia baligh sehingga engkau mendapatkan baktinya.”

Aqiqah adalah salah-satu bentuk ungkapan rasa syukur dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

hikmah aqiqah

Ketiga:

hikmah aqiqah adalah pembebasan dan penebusan anak seperti Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus Ismail ‘alayhissalam dengan seekor domba. Masyarakat Jahiliyah juga melakukannya dan menamakannya aqiqah. Mereka melumurkan darah di kepala si bayi. Aqiqah ini diakui dalam Islam, tapi dengan catatan tanpa melumurkan darah di kepala bayi.

Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam memberitahukan bahwa hewan yang disembelih untuk bayi sepatutnya dilakukan dengan tujuan ritual; seperti qurban dan hadyi. Beliau bersabda,

Barang siapa dari kalian yang ingin melakukan ritual penyembelihan hewan untuk anaknya, silakan melakukannya.

Beliau menjadikannya seperti qurban yang Allah jadikan sebagai ritual penebusan Ismail ‘alayhissalam dan sarana mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dapat diperkirakan bahwa hikmah Allah dalam syariat dan ketentuan-Nya dapat menjadi faktor penentu ketetapan hati si anak dan keselamatannya sepanjang hidup di bawah perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari bahaya godaan setan. Setiap organ tubuh hewan aqiqah menjadi tebusan bagi setiap organ tubuhnya. 

Keempat:

pengumuman dan pemberitahuan bahwa seseorang baru mendapatkan anak dan dia beri nama. Kemudian, berita tersebut diketahui oleh masyarakat yang terdiri dari karib-kerabat, tetangga dan handai-taulan, lalu mereka datang untuk memberi selamat dan menghadiri aqiqahnya. Semua itu dapat menambah erat ikatan cinta dan persaudaraan dalam tubuh kaum Muslimin.

Kelima:

pada aqiqah teraplikasikan salah-satu bentuk solidaritas sosial dalam Islam. Orang yang melaksanakan aqiqah anaknya, akan menyembelih hewan dan membagi-bagikan dagingnya untuk fakir-miskin, karib-kerabat dan tetangga. Atau dia akan mengundang mereka untuk makan bersama. Hal ini memberikan kontribusi yang cukup besar dalam upaya meringankan  beban penderitaan kaum fakir-miskin.

Ibnul Haj mengatakan, “Banyak sekali hikmah aqiqah, antara lain: mengerjakan sunnah dan memadamkan bid’ah. Seandainya tidak ada keberkahan yang terdapat pada aqiqah selain menjaga jabang bayi dari sumber penyakit seperti yang tercantum dalam hadis, maka sunnah apa pun yang dilakukan akan menjadi penyebab timbulnya seluruh bentuk kebaikan dan keberkahan. Sementara, bid’ah adalah kebalikannya.”

Ada satu hikayat; seseorang didatangi oleh beberapa orang temannya sebagai tamu. Di dalam rumahnya, mereka melihat emas dan perak berserakan, sementara anak-anaknya keluar-masuk. Mereka bertanya kepadanya “Tuan, bukankah ini sama artinya dengan menyia-nyiakan harta?” Dia menjawab, “Tapi harta ini aman terlindungi.” Mereka bertanya lagi, “pengamannya?” Dia menjawab, “Harta ini sudah dizakati. Itulah pengamannya.”

Maka, demikian halnya dengan masalah yang sedang kita bicarakan ini. Orang yang sudah diaqiqahi, berarti dia sudah aman dari bencana. Bencana terkecil yang menimpa bayi memerlukan upaya orang tuanya untuk mengeluarkan biaya setinggi biaya aqiqah atau bahkan lebih. Orang yang memiliki akal sehat, akan segera mengeluarkan segala daya-upaya untuk melaksanakannya.

Sebab, aqiqah menghimpun antara keamanan harta dan tubuh sekaligus. Keamanan tubuh adalah keselamatan si bayi dari bencana seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sedangkan tentang keamanan harta; biaya aqiqah bisa menjadi cukup ringan dan tidak sebanding dengan biaya yang harus untuk mengatasi bencana yang tersebut di atas atau biaya yang atas bencana yang mungkin akan terjadi pada si bayi.

Aqiqah juga menarik banyak pahala jika mengikuti as-Sunnah dalam melaksanakannya. Terutama di zaman sekarang yang banyaknya pahala ini juga karena minimnya orang yang mau melakukannya.