Api cemburu (ghairah) sulit didefinisikan, tetapi ia adalah semacam perasaan tidak rela atau tidak menerima terhadap sikap atau perlakuan yang melukai hati seseorang sehubungan dengan cinta yang mendalam.
Ibnul Qayyim membedakan cemburu atas dua macam, yaitu cemburu dari sesuatu dan cemburu terhadap sesuatu. Cemburu dari sesuatu ialah ketika anda menanam kebencian atau ketidakrelaan kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasih anda. Sedangkan cemburu terhadap sesuatu ialah hasrat anda yang menggebu terhadap kekasih, sehingga anda merasa takut andaikan orang lain beruntung mendapatkannya atau ada orang lain yang bersekutu untuk mendapatkannya.
Rasa cemburu sering bercampur aduk dengan rasa rindu, kebencian, dan hasrat yang terpendam. Kecemburuan yang positif dapat membangkitkan, tetapi kecemburuan yang negative dapat menghancurkan, bahkan menuntut seseorang untuk membunuh atau bunuh diri.
Daftatr Isi
A. Kecemburuan Allah
Cemburu yang paling tinggi tingkatannya adalah kecemburuan Allah terhadap hamba-Nya. Cemburu Allah terhadap hamba-Nya ialah tidak menjadikan manusia sebagai hamba bagi makhluk-Nya, tapi menjadikannya sebagai hamba bagi Diri-Nya sendiri. Untuk itu, Dia tidak menjadikannya sekutu dalam penghambaan ini. Dia akan murka ketika hamba yang Dia cintai dan mengaku cinta kepada-Nya akhirnya memberikan cinta dalam bentuk penghambaan kepada dzat selain-Nya. Bahkan kemurkaan ini tidak akan diampuni, yaitu syirik, dan orang yang melanggarnya dijuluki sebagai musyrik.
Rasulullah saw bersabda,
Dari Al-Ahwash, dari Abdullah bin Mas’ud ra, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah. Di antara cemburu-Nya ialah Dia mengharamkan kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah. Karena itulah Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah. Karena itu Dia mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
B. Isteri Rasulullah memendam cemburu
Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah seorang wanita pencemburu. Ia memiliki rasa cinta yang amat besar kepada kekasihnya yaitu Rasulullah saw.
“Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, “Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu”. Beliau bersabda, “Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku” (HR. Bukhari).
Dari Aisyah, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, yang ketika itu beliau di rumahku.Seketika itu badanku gemetar karena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Akupun menjadi menyesal sendiri. Aku berkata,”Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?” Beliau menjawab, “bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Sedangkan dalam riwayat lain dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia menceritakan,
Nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berada di sisi salah seorang istrinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu istri Nabi yang berada di rumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah. Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Beliau berkata:”Ibumu cemburu, makanlah.” Maka merekapun segera memakannya. Sehingga beliau memberikan mangkuk yang masih utuh dari istri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya.(HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
Hadits senada di atas dengan beberapa tambahan, yaitu di dalam Ash-Shahih, dari hadits Humaid dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
” Ada di antara istri Nabi shalallahu alaihi wassalam yang menghadiahkan semangkuk roti dicampur kuah kepada beliau, selagi beliau berada di rumah istri beliau yang lain (Aisyah). Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi Shalallahu alaihi wassalam langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali diatas mangkuk, seraya berkata, “makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.” setelah itu beliau menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah”.(HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).
Rasulullah menanggapi akecemburuan isterinya dengan akhlak yang mulia. Dengan penuh ketenangan Beliau SAW memberi pengertian kepada isterinya yang cemurbu itu.
C. Kendalikan api cemburu
Rasa cemburu adalah tanda telah tumbuhnya rasa cinta. Tidaklah seseorang tersulut api cemburu kecuali telah menyala api cinta sebelumnya.
Oleh karena cemburu adalah bagian dari cinta, maka ia bukanlah sesuatu yang harus dihilangkan. Yang harus anda perlakukan terhadap rasa cemburu adalah mengendalikannya.
Bila rasa cemburu muncul, redamlah ia dengan merasa yakin bahwa kekasih tidak seburuk yang anda sangkakan. Ia adalah seseorang yang dihadirkan oleh Allah menyejukkan hati anda, maka mengapakah anda membuatnya panas dengan api cemburu?
Bila rasa cemburu hadir, kuasailah ia dengan menyadari bahwa sesungguhnya anda sedang mencintainya begitu dalam. Bayangkanlah dia juga akan merasakan hal yang sama suatu saat nanti terhadap anda.
Bila rasa cemburu datang, sadarilah bahwa manusia tercipta untuk berpasangan, tetapi tidak saling memiliki. Semua hamba adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Bila rasa cemburu menghantui pikiran, ingatlah bahwa Allah juga cemburu ketika anda mencintai makhluk-Nya secara berlebihan. Ambillah air wudhu dan menghadaplah kepada-Nya dengan sepenuh cinta.
[Yazid Subakti]